Cerita Gadis17 Terengah-Engah Antrian Setelah Sekolah Sex

Cerita Gadis17 Terengah-Engah Antrian Setelah Sekolah Sex


Cerita Gadis17 Terengah-Engah Antrian Setelah Sekolah Sex.Kala itu pada suatu pagi hari tetapnya, hari Minggu pada bulan Mei, aku dan temen2ku dari kelas suatu SMP kelas 3 di kota S sedang melakukan perpisahan sendiri. Singkat aja, waktu itu, aku dan temen2ku sedang outbound di kota J. rasa capek dan penatku menghilang setelah smua kegiatan outbound selesai.

Dan setelah itu kami semua pergi untuk mandi. yang pertama mandi adalah cewek2 dari kelasku, dan yang cowok mengambil baju terlebih dahulu. setelah itu, aku dan ke2 temen cowoku menunggu untuk bergiliran mandi kamar mandi di tempat outbound itu.

Nah, pikiran mesumku keluar, aku berniat mengintip salah satu temanku yang seksinya luar biasa, baru kuketahui ukuran bh-nya 34c. Sangat besar untuk ukuran anak SMP. Sebut saja namanya diva ehh, ternyata dari luar kamar mandi terdapat celah kecil untuk melihat ke dalam dan WOW… susunya yang montok membuat adikku berdiri. Aku terpana melihat keseksian tubuhnya.

Eh dia melihatku mengintip. Aku takut dia amat marah, yah bener deh dia marah. heh! ngapain lho??? gak kok… suerrrr. aku bilang gitu biar dia gak marah ma aku. Diva sempet ngediemin aku. Akhirnya karna aku gak tahan dia ngediemin aku, aku pergi ke rumahnya yang kebetulan hanya diva yang ada dirumahnya untuk meminta maaf langsung. div, gw minta maaf, aku bener2 gak sengaja waktu itu. Diva tetap diam, akhirnya aku berniat untuk memberikan sedikit kecupan di bibirnya.

Ternyata dia membalas ciumanku. aku sempat terkejut. Tuntaskan nafsumu Jack, puaskan aku. Akhirnya, aku mencumbuinya… aku remas susunya yang besar itu. mmmh… ssssshhhh… buka ba…ju…ku… sayang… mmmh aku lalu membuka semua pakaianku dan pakaiannya. Aku terpesona melihat toket nya yang super besar dan menggemaskan, tambah lagi memeknya blum terlalu lebat.

Aku langsung menyedot toket kanannya yang putingnya berwarna putih itu… mmmmhhhh… sedot terrrr…uuusss sayang aku terus memilin toketnya… kontolmu…. say… ge…de… banget… kontolku yang berukuran 14 cm itu dikulumnya… nikmat kulumannya.

Tanpa pikir panjang, aku langsung mengingini memeknya yang sudah basah. Dia masih perawan. Dan aku yang pertama kali dan satu satunya yang menjadi pasangan seksnya. Aku terobos memeknya hingga sampai ujung vaginanya. Aku tarik dan dorong. pantat seksinya itu membuatku semakin bergairah. Setelah 20 menit, aku merasa ingin keluar. Sayyyyyaaaang…. Akuuuuu… ke….lu….ar…. ahhhhhh.

Aku langsung mencabut kontolku dan kuarahkan ke payudaranya yang membumbung tinggi. Spermaku termuntahkan kemana mana. Divapun langsung menjilati penisku. Sekian lama aku dan diva pun berhubungan seks pada hari itu. Aku tidak berani mengeluarkan spermaku di dalam, takut hamil.

Sampai sekarang pun, aku masih berpacaran dengan diva dan sering melakukan seks karna kami kuliah di universitas yang sama. END
Cerita gadis17 Keindahan Erotis Resepsionis Penyiksaan

Cerita gadis17 Keindahan Erotis Resepsionis Penyiksaan

Cerita gadis17 Keindahan Erotis Resepsionis Penyiksaan
Cerita Gadis17 Keindahan Erotis Resepsionis Penyiksaan

Cerita gadis17 Keindahan Erotis Resepsionis Penyiksaan. Kali ini aku akan menceritakan kejadian pada saataku berumur kurang lebih 19 tahun. Kisah ini sebenarnya bermula ketika aku masih kecil, kira-kira berumur 7 tahun, dimana pada saat itu Ibu menyerahkanku kepada seorang wanita pengasuh (baby sitter) bernama Sari untuk mengurussegala keperluanku, baik mandi, makan, main, dll. Pengasuhku pada saat itusebenarnya masih tergolong anak-anak juga dan kira-kira berumur 13 tahunan,dengan postur badan agak tinggi dibandingkan dengan usianya. Setiap hari, tugasnya secara rutin yaitu pagi-pagi memandikan kemudian menggantikan bajuku dan jika sudah agak siang, kami bermain bersama-sama.

Pada saat itu aku belum mempunyai perasaan apa-apa kecuali perasaan seorang anak terhadap pengasuhnya. Setiap memandikanku ia pasti selalu menggosok seluruh badanku, tidak ketinggalan pula alatku yang masih kecil. Hal ini berjalan kira-kira 3 tahun sampai dengan ia dinikahkan oleh orang tuanya dan diminta pulang ke desanya. Sejak saat itu aku sudah tidak pernah bertemu lagi dengannya. Waktu berjalan terus, dan pertumbuhan badanku berkembang pesat menjadi seorang remaja berusia 19 tahun yang tampan. Pada suatu hari, keluarga kami kedatangan tamu dan ternyata dia adalah bekas pengasuhku dulu. Ia pun telah tumbuh menjadi sorang wanita muda yang matang dengan postur tubuhnya yang mempesona. Meskipun wajahnya tidak begitu cantik, tapi kemulusan dan kehalusan kulitnya dapat menambah nilai kecantikannya tersebut, maklum saja karena ia berasal dari desa yang berhawa dingin.

“Permisi.., Bu…”, sapanya kepada ibuku.
“Oh.. kamu.. Sari… Kok sekarang sudah segede ini. mana suami kamu?”, tanya ibuku.
“Sudah pisah kok Bu”.
“Lho, kenapa?”.
“Itu Bu…, dia kawin sama perempuan lain”.
“Oh ya Bu…., mana Den Rully?”.
“Lha itu dia di sebelah kamu….”.

Memang dari tadi aku terus memperhatikannya dari ujung rambut sampai ujung kaki. Buah dadanya yang besar dibalut dengan baju lengan panjang warna biru tua, pinggulnya yang bulat dibungkus dengan rok warna cream dibawah lutut. Ck…, ck…, bukan main mantan pengasuhku ini…, pikirku.
“Aduh Deen…., kok sudah besar gini toch, mana ganteng lagi”, sapanya.
“Lha iya wong diberi makan tiap hari kok”, jawabku.
“Wah kalo gini sich, kalo ketemu di jalan, saya pasti pangling lho”.
“Aku juga gitu.. kok Mbak… pangling sama Mbak. Udah punya anak belum?”.
“Belum Den”.
“Jangan panggil Den ach…, Mas aja gitu lho. Kan Mbak sudah bukan pengasuhku lagi. Jadi hubungan kita seperti temen aja, ya khan”.
“Iya deh Mas”.
“Udah sana istirahat dulu”, kata ibuku menyela.
“Terima kasih…, Bu”.

Kemudian Sari pergi ke belakang mencari kamarnya yang dulu untuk tidur. Sejak kepergian Sari dulu, kamar tersebut hanya dijadikan tempat untuk menyeterika pakaian. Dan sejak aku dan saudaraku sudah berangkat remaja, Ibu tidak lagi mempekerjakan pembantu, sehingga kamar tersebut dapat digunakan lagi oleh Sari. Pada suatu hari, Ibu sedang ke pasar, saudaraku sedang kuliah, dan karena aku perlu pakaian untuk pergi ke rumah teman, maka aku menyeterika baju di ruang seterika. Di situ kebetulan tidak ada Sari, entah kemana.

Tetapi tiba-tiba Sari masuk kamar dengan rambut yang masih basah. Kelihatannya dia baru saja selesai mandi dan keramas.
“Oh ada mas Rully toch”.
“Maaf ya Mbak ngganggu, sebentar kok, cuman satu baju”.
“Kalo boleh saya bantu Mas…, biar cepat selesai”.
“Ah.. nggak usah. Makin lama di sini makin seneng kok..”, godaku.
“Ah.. Mas bisa aja”.
“Mbak sekarang kerjanya di mana?”.
“Nggak ada Mas, makanya saya mau minta tolong sama Ibu”.
“Aku dukung dech Mbak, biar nanti bisa mandiin aku lagi”, godaku lagi.
“Kan udah nggak bisa lagi”.
“Kenapa? Apa karena saya sudah besar?”, suaraku sudah mulai terbata-bata menahan nafsu yang sudah mulai datang. Kulihat mukanya memerah. Dadanya turun naik, sehingga semakin terlihat menonjol di balik blusnya yang agak tipis.
“Kan malu Mas..”.
“Ya kalo dilihat orang sich malu, tapi kalo cuma berdua kan enggak”, pancingku.

Tanganku mulai mencoba memegang tangan kirinya. Ia diam saja. Tangan kiriku menarik bahunya yang kanan untuk mendekatkannya ke tubuhku.
“Jangan Mas…, nanti dilihat orang… nanti Ibu datang”, katanya bergetar.
Tampaknya ia juga sudah mulai merasakan rangsanganku. Aku sudah tidak peduli, kutarik dengan perlahan-lahan wajahnya ke wajahku, dan dengan lembut kucium bibirnya….,
“Uuch…, ehm…., ja…, ngan.., Maass…, ach..”,
Dengan perlahan-lahan lidahku ku masukkan ke mulutnya dan kumainkan,
“Aach…, saya mohon Mas…, jangan….”,
Dengan lemah lembut didorongnya tubuhku untuk menjauhi dirinya.

Tapi nafsuku pada saat itu seakan-akan sudah tidak mau diajak kompromi lagi. Kutarik lagi dengan agak memaksa tubuhnya kedalam pelukanku, dan kucium lehernya yang mulus…, kubuka kancing blusnya yang paling atas, sehingga tonjolan buah dadanya yang besar sedikit terlihat sehingga membuatku semakin benafsu…,
“Aduh.., Mas…, jangan Mas…”, pintanya.
Namun tiba-tiba pintu diketuk dari luar…,
“Tok…, tok…, Rully.., tolong bukain pintunya..”,
Ibu datang…, waduh.., aku menggumam dalam hati…
“Mas, itu ibu datang…”, kata Sari sambil membenahi dirinya yang agak kusut karena ulahku tadi.
Siang itu nafsuku belum tercapai. Baru pertama kali itu aku melakukan hal-hal seperti itu dengan seorang wanita. Selama seharian aku tidak dapat memejamkan mata. Pikiranku terus melayang-layang sampai beberapa hari. Kupikir betapa nikmatnya apabila aku dapat menyelesaikan permainan diatas sampai tuntas.

Kesempatan lain ternyata masih ada, ketika itu seisi rumah sedang keluar dan cuaca di luar agak dingin, karena hari menjelang sore. Saat itu Sari sedang menyapu ruang tengah. Dengan hanya mengenakan kaos oblong berwarna putih agak longgar, bercelana pendek jeans, Sari tampak seperti bukan bekasseorang pengasuh. Kulitnya yang putih bersih, dengan rambut tergerai sebahu dan buah dada yang besar membuat jantungku berdegup tidak karuan.

Aku sudah tidak tahan lagi, kutubruk tubuh Sari, kupeluk, kucium bibir, leher dan kembali lagi ke bibirnya. Kulumat bibirnya, meskipun dia sedikit agak meronta, tetapi tidak sekeras pada saat sebelumnya. Tanganku mulai beraksi, meraba pinggangnya, kemudian menyibakkan kaos oblongnya ke atas sehingga sampailah pada kaitan tali BH yang berada di belakangnya. Kubuka kaitannya, kemudian tanganku merayap ke depan hingga menyentuh buah dadanya yang masih padat, meskipun agak turun sedikit saking besarnya. Kuremas dengan perlahan, sesekali kupilin putingnya yang sudah berdiri tegak.
“Ach…, ach…”, desah Sari.
Sekarang dia sudah tidak meronta lagi, tetapi bahkan terlihat menikmati apa yang kulakukan. Kusibak lebih keatas lagi kaosnya dan kuturunkan mulutku ke putingnya, kucium…, kemudian kusedot dengan perlahan sekali….,
“Ach…, aduh mas…., aduh Mas…, Maas…”
Kepalanya menengadah seakan-akan menyodorkan buah dadanya untuk lebih dimainkan olehku.

Lama mulutku bermain di buah dadanya sampai akhirnya tangannya memegang tanganku dan membimbingnya ke bawah untuk menjamah kewanitaannya. Aku turuti keinginannya dan kugosok vaginanya dari luar celananya….,
“Auh.., auh… nikmat.. Mas”.
Sekarang posisi tangan kananku sedang menggosok kemaluannya dan mulutku terus mempermainkan buah dadanya. Kemudian tanganku masuk ke dalam celana jeansnya, dan…., aduh mak…, tersentuhlah rambut halus yang telah lembab.
“Uuch.., uch…”, dia mendesah.
Sambil terpejam menikmati apa yang kulakukan, tanganku mulai menyibak rambut kemaluannya tadi dan tersentuhlah olehku klitorisnya…
“Aauch…, auch… Mas.. nikmat sekali”.

Beberapa saat lamanya ia pasrah dan diam tanpa reaksi. Lama kelamaan, mungkin ia sendiri tidak tahan, hingga ia pun mulai menggerakkan tangannya mula-mula membelai dadaku kemudian turun ke perut dan akhirnya ke celana dalamku. pada saat itu aku mengenakan celana pendek olah raga, dengan kaus singlet diatasnya. Dia menyentuh penisku, diremasnya dengan lembut, dikocoknya dari luar…
“Uugh.., ugh…”, aku merintih kenikmatan “Aadduhh Mbak…, Mbak pintar deh…”,
“Ah, Mas juga pintar kok…, malah terlalu pintar dibandingkan usia Mas sendiri…”, desahnya.
Kemudian kuseret dia masuk ke dalam kamarku, dan kurebahkan di atas dipanku. Dia kemudian membalikkan tubuhnya sehinggaberada diatasku.. aduh mak, buah dadanya betul-betul indah menggantung di atas hidungku. Kucium dengan gemas dan kumainkan putingnya dengan mulutku,
“Aaacchh…, auch Mas…, auch.., auch..”,
sementara itu kulepaskan celana jeans dan celana dalamnya, sambil tangan kiriku terus memeluk pinggangnya dan tangan kananku meremas pantatnya yang masih bulat segar, dan mulutku tetap berada di putingnya. Sementara itu tangannya meremas penisku dengan sedikit mengocok.

Tiba-tiba dia membalikkan tubuhnya sehingga kami berada pada posisi 69. Dengan nafsu dimasukkannya penisku ke dalam mulutnya
“Aach…, ach..”, bandel juga Mbak ini batinku, tapi tentu saja aku juga menikmatinya.
Dikocoknya penisku dengan mulutnya. Tampaknya ia sudah berpengalaman dengan gaya-gaya yang aduhai. Aku tidak mau kalah, kubuka kewanitaannya dengan tangan, kemudian kujulurkan lidahku dan mulailah aku menjilati bagian yang paling terlarang itu,
“Uuch…, uch…”. Kami berpagut lama sekali hingga rasa-rasanya aku ingin segera memasukkan alatku ke liang surgawinya.
“Maaas…”.
“Ya, Mbak…”.
“Tolong dong dimasukin…, saya udah nggak tahan nih…. udah lama saya nggak disentuh, tolong dong mas….”.
Aku berpikir sejenak…, bagaimana kalau nanti dia hamil, bagaimana nanti kalau ketahuan oleh Ibu, dll. Tapi aku sendiri sebetulnya juga sudah tidak tahan…, dan akhirnya,
“Baik Mbak, ta.. pi…, kalau Mbak hamil gimana dong…”
“Saya pakai KB kok mas….”, katanya.
“Baik ! Mbak…”, kemudian tubuhnya membalik kembali, tetapi posisinya masih di atas.
Ia pegang penisku dengan lembut dan menuntunnya memasuki liang surgawinya,dan.,
“Aachhh.., sshhh…, sshh..”. Penisku serasa dijepit oleh sesuatu yang berdenyut-denyut lembut, dan itu adalah kewanitaannya.

Dia memompa dari atas naik turun beberapa kali, kemudian akhirnya dia merebahkan dirinya ke samping saya, dan meminta saya untuk menyetubuhinya dari atas. Aku naik ke tubuhnya dan memasukkan penisku ke dalam vaginanya dan mulailah aku memompa dari atas,
“Aauch…, auucchhh, Mass.., saya mau pipiss…, aachh…, aachhhh…”,
dijepitnya pinggangku dengan kedua kakinya.
Penisku serasa akan pecah disedot oleh vaginanya yang bersamaan dengan keluarnya “pipis”nya dan akhirnya akupun tidak tahan..
“Aach..”, maniku muncrat di dalam kewanitaannya,
“Heh.., heh.”, kamipun lunglai ngos-ngosan.

Sambil saling tersenyum, kucium bibirnya, kupeluk, dan sambil berkata,
“Terima kasih ya Mbak..”,
“Malah aku yang harus berterima kasih sama Mas, karena Mas telah memberi saya kenikmatan yang sudah lama tidak saya peroleh”.
Pada hari-hari selanjutnya, kami bersikap biasa saja seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa.

Kumpulan Video Jav Terbaru | Bokep Japang Uncencored Bokep Japang Uncencored | Streaming Video Bokep Jepang Nonton Film Bokep Jepang Gratis Terbaru | Film Semi Terbaru Kumpulan Video Bokep Jepang Nonton Jav Bokep Gratis Download Bokep Jepang Gratis
REIKA IDOLA SEKS JEPANG DENGAN TUBUH TERSEXY

REIKA IDOLA SEKS JEPANG DENGAN TUBUH TERSEXY

REIKA IDOLA SEKS JEPANG DENGAN TUBUH TERSEXY

REIKA IDOLA SEKS JEPANG DENGAN TUBUH TERSEXY, CERITA DEWASA. Panas terik di jalan lurus beberapa kilometer memasuki kota Cirebon tidak menghalangiku untuk terus memacu kendaraan dengan kecepatan cukup tinggi dari arah ibukota pada siang hari itu.

“..demikian, yach sambil istirahat setelah seharian nyangkul begitu”, suara centil manja itu memancar dari frekuensi radio komunikasi yang terus kubuka dari tadi sambil menscan frekuensi yang sedang dipergunakan.

Segera kumatikan modul scan di pesawatku agar tetap dapat memonitor frekuensi tersebut..

“Jadi sekarang sudah di 85 correct?” suara seorang pria sejurus kemudian yang meminta konfirmasi apakah sudah ada di rumah
“10-4?, kembali suara manja itu menjawab yang berarti membenarkan
“Wah.. wah.. wah.. wah.. sudah banyak duitnya nich siang begini sudah ada di rumah”, kembali sang pria menimpali..
“Ya ngga jugalah.. duit mach tetap butuh”.
“Break”, sahutku menyela pembicaraan di antara spasi
“Kirain sudah punya banyak duit.. ya dibagi-bagi ke sini”, sahut pria tersebut
“Mas, ada yang mau masuk tuch silahkan di handle dulu sayanya 10-23 sebentar”, suara centil manja tersebut menginformasikan kehadiranku kepada rekannya..
“Yang break silahkan masuk”,
“Selamat siang.. di sini Elmo Mas dalam line bergerak menuju Cirebon”, sahutku segera memperkenalkan diri
“Selamat siang juga yang handle di sini Boom.. darimana hendak ke mana Mas?”
“Dari Kotaraja menuju ke Cirebon gitu”, penjelasanku padanya
“Silahkan dipergunakan frekuensinya mungkin ada sesuatu yang ingin di sampaikan”, sahutnya memberikan kesempatan padaku
“Oh.. tidak ada Mas cuma ingin nimbrung saja, sehubungan klo ngga ada yang ada di ajak bicara sayanya suka ngantuk nich”.
“Emang berapa personil di gerobak dan dalam rangka apa nich? Liburan begitu..?”

“Negatif Mas.. dalam rangka dinas begitu dan di gerobak sendiri saja, makanya perlu teman ngobrol begitu”
“Mas Elmo.. Boom kembali di sana ada lowongan ngga Mas klo ada boleh donk ajak-ajak saya”, pintanya
“Hmm.. anda itu memakai kacamata ngga? apakah penglihatannya masih cukup jelas?” tanyaku padanya
“Masih.. masih jelas, tidak memakai kacamata”.
“Pendengaran gimana, baik atau sudah menggunakan alat bantu?”
“Masih baik”.
“Rambut.. apakah sudah memutih?”
“Ya.. Mas, rambut mach masih hitam semua belum ada yang putih umur juga baru kepala 2?, sahutnya kembali menegaskan
“Berarti masih kuat lari betul?”
“Betul.. ngomong-ngomong mau dikasih kerja’an apa sich koq bertanya begitu..?”
“Lha.. saya ini khan raja maling, makanya saya bertanya itu supaya memenuhi persyaratan.. mata harus awas, supaya saat kebagian tugas jaga bisa mengawasi klo-klo ada hansip atau ronda lewat, telinga harus baik biar saat tugas buka gembok atau kunci tetap bisa mendengar suara klo ada yang mau nangkap, rambut juga harus hitam biar bisa sembunyi dalam kegelapan ngga ketahuan.. dan terakhir ya harus bisa lari cepat klo ketahuan.. klo ngga khan ya ketangkep begitu.. dik” jelasku padanya..
“Hahaha.. hahahaha.. hahahaha..”, suara centil manja itu kembali berkumandang
“Ujug buneeng..”, Boom tertawa kecil juga..
“Ya.., salam kenal juga buat Mas Elmo yang sedang dalam perjalanan hati-hati semoga selamat sampai di tujuan”, katanya menyalami ku..
“Salam kenal juga semoga sehat selalu.. klo boleh tahu siapa nich yang handle?” tanyaku pada pemilik suara centil manja itu..
“Di sini Vera gitu Mas Elmo”.
“Vera.. Elmo kembali.., iya dach salam buat keluarga yang di rumah semoga sejahtera selalu”.
“Mas Elmo kayanya.. humoris yach”.
“hahaha.. yach tergantung situasi begitu neng Vera, kadang serius kadang bercanda juga, klo serius terus mach bisa mati muda nanti”
“Berapa lama begitu Mas di kota udang?”
“Rencana sich cuma seminggu aza, .. tapi lihat nanti aza dach”.
“Sudah sering ke Cirebon gitu Mas Elmo?”

“Jarang juga.., .. ngomong-ngomong apa yach makanan yang khas dan enak gitu?”
“Hmm.. di sana ada nasi lengko, ada juga nasi jamblang.. trus empal gentong juga enak.. sama tahu gejrot dach”, sahutnya berpromosi
“Klo siang-siang begini enaknya makan apa yach..?”
“Itu aza Mas Elmo.. nasi lengko yang ada di xx”, informasinya..
“Terimakasih atas informasinya.. mau ikut menemani?” ajakku padanya
“Lain kali dech Mas Elmo.. sekarang sich saya sedang sibuk”.
“Oh ya sudah.. mudah-mudahan lain kali kita bisa kopi darat begitu”.
“Harapan Vera juga begitu yach.. hati-hati sajalah.. jadi makan siang di sana?”
“Yup, .. dan terimakasih nich atas obrolannya siang hari ini yang telah menemani saya hingga masuk ke Cirebon”.
“Sama-sama.. Vera juga senang bisa ngobrol dengan dirimu dan silahkan masuk ke frekuensi ini lagi klo ada waktu”, ajaknya manja..

Demikianlah sepenggal pembicaraan siang hari itu, dan sesungguhnya apa yang dikatakan Vera itu tidaklah salah memang tempat makan yang ditunjukkan adalah favoritku juga dan itu tidaklah asing oleh karena cukup sering saya mengunjungi kota Cirebon ini.

“Nasi lengkonya 1 porsi Mas”, pintaku di pintu masuk sesaat setibanya di sana
Kemudian kupilih salah satu meja yang kosong di tengah
“Minumnya apa Mas Elmo?” tanya suara halus dari belakang

Kontan saja aku terkejut oleh karena tidak banyak yang mengenal namaku demikian dan dalam diamku kemudian dia menyodorkan tangannya

“Vera”, seraya tersenyum manis
“Oh.. ugh.. oh”, aku tergagap mendapat kejutan seperti itu

Sungguh tak ku kira kini di hadapanku hadir seorang wanita berkulit putih dengan rambut tergerai sedikit melewati bahu dan postur tubuh yang cukup tinggi untuk ukuran orang Indonesia namun berimbang.

“Koq.. bengong aza”, ujarnya mengingatkanku
“Abis.. ada bidadari sich.. yuk silahkan duduk”, sahutku seraya menggeser tempat duduk dan mempersilahkannya untuk berada di sampingku

“Koq tahu mengenai aku?” tanyaku setelah dia duduk
“Yach khan katanya jadi makan di sini terus tadi aku sudah tiba duluan dan lihat mobil kamu yang lengkap dengan antenenya trus plat nomornya juga B”, sahutnya seraya memonyongkan bibir tipisnya..

Demikianlah siang itu akhirnya aku makan siang bersama dengan”Vera” yang hingga usai santap siang tersebut belum bersedia untuk mengungkapkan nama sebenarnya dan akupun tidak memaksanya, sebaliknya saat dia minta no HPkupun tidak kuberikan.. wah bisa berabe boo, kalau pas dia telp nantinya pada saat aku bersama istriku.. bisa perang dunia.. namun aku informasikan di mana aku bermalam nantinya.

Begitulah, ketika jarum jam menunjukkan pukul 23. 15 telp di kamarku berdering, ternyata Vera yang menghubungiku.. dan membuat janji untuk kembali berjumpa esok harinya..

Tanpa terasa beberapa hari telah berlalu dan hampir setiap santap siang kulakukan bersama dengan Vera, sedangkan malam hari tidak kulakukan sehubungan dengan tugas yang harus kukerjakan bersama anak buahku untuk mengunjungi klien. Pekerjaankulah yang menuntut demikian, yaitu sebagai sales manager dari sebuah perusahaan farmasi sehingga pada malam hari aku harus mengunjungi dokter dan berbicara banyak mengenai produk dan hal lainnya, terkadang baru usai lewat tengah malam terutama bila harus berkunjung kepada dokter yang memiliki pasien banyak sehingga baru usai pada dini hari.

“Kapan kau kembali?” tanyanya suatu saat setelah beberapa hari ini kita hampir selalu makan siang bersama
“Lusa nich, besok masih masih ada beberapa urusan kantor lagi yang harus kukerjakan”, sahutku
“Oh..”, ada nada kecewa yang dapat kutangkap..

Entah tanpa terasa dalam waktu yang demikian singkat hubunganku dengan Vera nampak sangat akrab dan dekat sekali, walaupun sesungguhnya akupun masih gelap mengenai kehidupan pribadinya yang kutahu hanya sosok dia yang aku kenal apa adanya tanpa melihat kehidupan pribadinya sebaliknyapun demikian, ..

“Nanti malam masih kerja juga?” tanyanya masih ada nada protes

Hgh.., aku terhenyak dengan pertanyaan semacam itu yang menurutku sudah terlalu dalam terbawa emosi

Sambil tersenyum menggoda

“, Kenapa.. mau ngajak kemana emangnya?”
“Jalan yuk..”, ajaknya
“Kemana..?” tanyaku
“Ada waktu ngga?”
“N’tar malam begitu?” tanyaku bingung
“Iyalah.. emangnya kapan lagi?”
“OK.. aku jemput di mana nich?” tanyaku kemudian..
“Hmm di sini dech.. jam 5′an yach”, jawabnya seraya menulis suatu tempat di atas kertas yang kemudian di serahkannya padaku.”.Nanti tunggu aza di halaman parkir ngga usah masuk”, pintanya kemudian

Ternyata tempat yang diberikan adalah nama sebuah bank pemerintah yang cukup besar di kota ini, entah apa jabatannya di sana namun penekanannya yang terakhir memberikan arti bahwa dia adalah salah seorang karyawan di sana.
Sekitar jam 5 sore aku telah tiba di tempat kerja Vera dan lahan parkir sudah cukup lenggang, kemudian aku parkir di tempat teduh yang agak terlindung dari pandangan pos satpam maupun pintu keluar masuk gedung tepatnya dekat dengan bilik ATM sehingga tidak mengundang banyak kecurigaan orang lain.

Tak lama Vera keluar dan segera masuk ke dalam mobilku..

“Yup.. jalan..”, sesaat setelah masuk ke dalam mobil..
“Kemana?” tanyaku bego..
“Bawalah daku pergi..”, senandung centilnya keluar lagi..
“Dari derita ini..”, timpalku menyambut senandungnya.. dan kamipun tertawa tergelak pada sore hari itu.

Dalam keraguan itu akhirnya aku arahkan saja kendaraanku menuju ke arah kota Tegal masuk ke Jawa Tengah dengan kecepatan sedang, pemikiranku klo aku bawa dia masuk ke daerah Kuningan seperti Linggarjati misalnya rasanya terlalu riskan mungkin akan banyak orang yang mengenalnya oleh karena kota Cirebon ini khan kecil banget.. segala sesuatunya mudah tersebar.. bisa berabe nantinya..

“Kemana..?” tanyanya setelah kami sempat terdiam cukup lama dan sibuk dengan pemikiran masing – masing
“Ke arah Tegal aza yach..”, saranku
“Hhhmm.. ok”, sahutnya menyetujui saranku

Kembali kami tenggelam dalam lamunan masing-masing dan kemudian terbersit dalam ingatanku untuk mengajaknya ke Comal, di sana khan ada rumah makan dengan masakan khas kepitingnya yang sangat lezat.

“Kita makan kepiting yach..”, aku memecah keheningan
“Boleh.. di mana?”
“Pernah ke Comal ngga..? di sana ada rumah makan yang masakan kepitingnya enak lho”, promosiku..
“Belum pernah nich”.
“Kenapa sich kamu.. sakit gigi yach?” tanyaku dengan nada bergurau.”.Abis ngomong cuma sepotong-potong gitu”.
“Ach.. Mas Elmo bingung dan malu nich soalnya belon pernah pergi kaya gini nich”, suaranya bergetar manja..

Aku hanya tersenyum saja dan sempat kuperhatikan kembali sebuah cincin melingkar di jari manis kanannya

“Emang suami kamu ngga pernah ngajak pergi berdua untuk makan malam bersama gitu?” tanyaku dengan gaya yakin yang seyakin-yakinnya
“Pernah sich”, akhirnya Vera mulai mengungkapkan kehidupan pribadinya..
“Trus sekarang suami kamu mana? Koq ngga diajak sekalian?”
“Mas Bram.. masih di Jakarta, sudah seminggu.. mungkin lusa baru kembali”.
“Oh.”.
“Dinas”, lanjutnya kembali
“Sudah punya putra berapa?” lanjutku kemudian

Vera hanya menggeleng perlahan dan ada setitik air mata yang bergulir di sudut matanya, namun segera di hapusnya perlahan.. sambil menghela nafas panjang

“Sudah berapa tahun sich kamu menikah?”
“Jalan 7 tahun”, sahutnya perlahan dengan nada lembut dan bergetar menahan emosi
“Hhmm.. sudah konsultasikan ke dokter?” aku terus mengejarnya
“Sudah.. dari diriku semuanya normal”.
“Trus suami kamu?”
“Tidak tahu”, jawabnya singkat..

Kembali kami terdiam dalam renungan yang dalam sementara lampu penerangan jalan sudah mulai menyala menambah sendunya suasana sore hari ini.

“Mas Bram adalah lingkaran dalam keraton Kxx, dan layaknya keluarga ningrat mereka selalu menyalahkanku yang tidak mampu memberikan keturunan buat mereka. Dahulu kami tinggal di dalam keraton, namun sekarang tidak lagi sebab saya tidak tahan dengan perlakuan mereka, namun saya juga tidak bisa memaksa Mas Bram untuk berkonsultasi ke dokter..”, keluhnya dengan nada kelu dan tertekan..

“Apakah kamu pernah meminta suamimu untuk memeriksakan dirinya?” tanyaku melanjuti
“Tidak mungkin Mas, dalam keluargaku istri harus tunduk pada suami dan yach itulah takdirku”, bicaranya mulai tak jelas dan berakhir dengan ledakan tangisnya

Kubiarkan Vera menangis untuk menumpahkan kegundahannya hanya saja kuberanikan diri untuk mulai mengusap rambutnya dan berusaha menenangkannya.. usapan lembut dan penuh kasih sayang itu dapat menenangkan emosinya. Tanpa terasa kota Tegalpun sudah tertinggal di belakang dan 2 jam telah berlalu hingga kami tiba di tempat yang dituju dan suasana rumah makan yang temaram dengan lampu penerangan secukupnya menambah romantisnya suasana malam itu, sementara pikirankupun terus bermain entah apa maksudnya Vera menceritakan semua hal itu terlebih dengan upayanya untuk mengajakku kencan malam hari ini. Instingku mengatakan Vera menginginkan benih dariku untuk menyemai rahimnya yang tidak pernah tersentuh benih hidup yang membuktikan jati dirinya sebagai wanita.

Sikapku yang mesra dan gentle seperti membukakan pintu mobil tadi saat dia masih sibuk memperbaiki dandannya di mobil kemudian menarikkan kursi untuk Vera duduk, dapat sedikit menghilangkan kekakuan sikap kami bahkan sudah mirip seperti sepasang merpati yang sedang memadu kasih terlebih daerah yang kumasuki ini tidak banyak berhubungan dengan tempat tinggal Vera sehingga lebih memudahkan kami untuk beradapatasi.

Selesai santap malam, kembali sikap gentle kutunjukkan dengan membukakan pintu mobil baginya dan Vera membalas dengan senyum manisnya, dan sebuah kecupan tipis mendarat di pipiku sesaat setelah aku duduk di belakang kemudi.

“Thanks yach”, ucapnya lembut dengan mata sendunya

Aku hanya tersenyum dan membalas dengan mengusap lembut pipinya.. Kemudian kuarahkan mobilku untuk kembali menuju ke kota Tegal dengan satu tekad yang berkecamuk di benakku untuk dapat meniduri Vera malam hari ini. Tidak sulit bagiku untuk mendapatkan hotel yang terbaik di kota ini oleh karena memang bagian tugas dariku untuk harus berkeliling sehingga hubungan bisnis perusahaanku dengan hotel cukup baik sehingga tidak sulit untuk mendapatkan kamar yang kumau. Satu hal yang mendukung rencanaku juga adalah Vera tidak bertanya dan nampaknya diapun siap untuk menerima resiko tersebut, sementara pikiranku berencana demikian peniskupun sudah tidak mau kompromi lagi dengan mengembang maksimal sehingga ada juga rasa nyeri

Sesaat pintu kamar hotel kukunci segera kupeluk Vera yang diam pasrah dengan mata tertutup rapat.. kukecup lembut keningnya tepat di belakang pintu kamar hotel, turun sedikit kecupan kuarahkan ke mata kanan, kiri, hidung dan pipi..

Dengan tangan kiri kuangkat dagunya perlahan sempat Vera membuka matanya dan memandang sayu, sebelum tertutup kembali. Semakin dekat bibirku ke bibirnya desah nafas hangat yang memburu menerpa sebagian wajahku, kemudian dengan lembut kuletakkan bibirku di atas bibirnya yang merekah membuka basah siap dan pasrah. Kecupan lembut tersebut menambah riak gelombang birahi untuk semakin memuncak dan dengan perlahan kujulurkan lidahku untuk menyentuh ujung lidahnya yang tersentak berdetak sebelum maju perlahan menelusuri panjang lidahku ditambah dengan hisapan lembut membuat lenguhnya muncul perlahan disertai dengan tubuh yang melemas..

“Hhmmhh..”, desahnya saat kulepaskan bibirku dari pagutannya yang sedikit mulai liar..

Perlahan kususupkan jari jemariku mulai dari punggung ke tengkuk dan terus naik ke atas menyibakan rambut sebahunya dan secara bersamaan Vera menengadah memberikan lehernya yang jenjang untuk kukecup.. jilat perlahan mulai dari leher sebelah kiri menuju ke telinga belakang kiri diiringi dengan nafasku yang semakin memburu.. dan berakhir dengan lenguhan panjang dari Vera.

“Aaagghh.”.

Kemudian kulepaskan blazer biru tuanya sehingga segera nampak pangkal lengannya yang mulus oleh karena Vera menggunakan lengan buntung dan kembali kukecup pangkal lengan sebelah kiri tersebut sementara jari jemari tangan kananku mengusap lembut pangkal lengan yang satunya dan berakhir dengan genggaman tangan kami yang menyatu.

“Mas Elmoo.. aagghh”, desah Vera bergetar

Matanya kembali memandangku sayu dan perlahan dalam pelukanku kutuntun dia untuk mendekati ranjang. Kubukakan kancing demi kancing bajunya sementara Vera terus memandangku sayu seolah mengatakan lakukanlah.., dan segera setelah seluruh kancing baju tersebut terbuka, kudapati dadanya yang sangat putih mulus dengan bra berwarna gading dengan renda-renda kecil di bagian atasnya.. Kukecup.. kujilat seluruh bidang dada yang tidak tertutup bra, kuhirup dalam-dalam bau harum lembut yang semakin santer menerpa hidungku membuatku melayang untuk senantiasa memperlakukannya secara lembut dan bersama menari di atas ombak gelora cinta yang menjilat bak lidah api.. berakhir dengan dekapan eratku pada Vera. Kubuka tali pengait branya dan segeralah tersembul buah dada yang selama ini mungkin hanya dilihat oleh suaminya, tidak besar dengan puting berwarna merah muda yang menjungkit menantang untuk di sentuh. Kulanjutkan untuk membuka risleting roknya sebelum perlahan ku baringkan Vera di atas ranjang yang empuk.. sementara suhu ruangan masih belum terasa dingin oleh karena hembusan lembut udara ac belum cukup lama untuk menyejukkan udara kamar.

Vera hingga saat ini masih bersikap pasif dan pasrah seperti layaknya putri keraton yang menerima keadaannya.. dan sekarang kutindih tubuhnya dengan sebagian tubuhku dan kembali kupermainkan leher jenjang kanannya hingga ke belakang telinga dengan iringan rintihan Vera yang mendesah lembut laksana irama jazz. Kecupankupun terus turun menuruni garis lehernya secara perlahan untuk kembali mendaki bukit gunung kembar yang mungkin selama ini hanya mengenal sentuhan seorang lelaki, sementara aku adalah lelaki ke dua yang beruntung untuk bisa menyentuh dan menghisapnya dengan lembut.. di iringi belaian ringan jari-jariku mengusap seluruh permukaan kulit bukit kembar tersebut

Hentakan tubuh Vera diiringi dengan gerak reflex tangan yang berusaha menangkap tanganku dan menekannya secara kuat ke payudaranya disertai dengan tekukan lututnya serta mata terpejam dengan kuat dan rapat menandakan gejolak dalam birahinya yang tak tertahankan berusaha menerobos keluar. Ketelusuri lekuk tubuhnya untuk menggapai tepi celana dalamnya dan segera kuturunkan dibantu oleh Vera yang mengangkat pinggulnya. Oh.. indah sekali bentuk rambut halus hitam yang tertata rapi bagaikan hamparan rumput hitam dengan panjang yang seragam dan terawat baik. Tekanan ringan pada kedua pinggulnya serta hisapan lembut di pundaknya kembali menyentakan Vera disertai dengan jeritan lirih.

“Arrgghh..”, diiring dengan tekanan pinggul Vera untuk melawan ke atas. Jilatan demi jilatan kembali merayap menuruni belahan tengah buah dadanya, menuju ke perut dan secara reflekpun Vera mempersiapkan jalanku dengan membentangkan kedua belah pangkal pahanya dengan gerakan alami. Tanpa kesulitan dan dengan perlahan kecupan bibirku bisa sampai di belahan tengah bibir bawahnya yang disambut dengan mengalirnya cairan putih bening kental dalam jumlah cukup banyak berkelok-kelok seperti anak sungai membasahi rerumputan akibat terbukanya bendungan yang menjadi tanggul dari cairan tersebut. Jilatan sedikit kasar untuk mengangkat cairan tersebut dan diakhiri dengan hisapan kuat untuk membersihkan seluruh aliran kental anak sungai ini terasakan bagai dibetotnya sesuatu yang ada di dalam dan meluluh lantakan tulang belulang di tubuh..

“El.. mo..”, jeritan Vera diiringi dengan gerak liar pinggulnya dan tarikan kuat mencengkram bed cover yang belum diangkat saat kulakukan hisapan kuat tadi.
“El.. mo.. masukkan aku ngga kuat lagi”, pintanya dalam nada bergetar mengharap.

Segera kubuka kaos yang sedari tadi belum kulepaskan demikian juga seluruh pakaian yang masih menyelimuti tubuhku. Ketika aku mulai menindih tubuh mulus Vera, sensasi kulit nan lembut menyengat seluruh saraf sensitive di tubuhku dan mengakibatkan urat-urat di penisku menyembul dengan kuat memberikan guratan biru tegas membekas. Secara reflek Vera kembali menekukkan lututnya dan bebas membuka memberikan jalan bagi penisku untuk segera memasuki relung vaginanya.

Vera kembali memandangku sayu dan berkata perlahan,

“Lakukanlah.. aku rela bersamamu”.

Perlahan kuarahkan penisku untuk bisa mulai menelusuri lorong kenikmatan dengan relungnya yang kuyakin akan menjepit kuat dan ketika kujumpai ujung lorong tersebut perlahan kuturunkan penis tersebut untuk mulai menerobos lorong kenikmatan membor layaknya paku bumi diiringi dengan mata Vera yang terus meredup dan terpejam seiring dengan gigitan pada sudut bibirnya untuk menambah sensasi kenikmatan yang mulai berjalan. Sebaliknya kurasakan juga sodokan perlahan penisku serasa membuka lipatan-lipatan lunak yang tak berujung terus ke dalam diikuti dengan jepitan kuat sesudahnya memberikan sensasi yang tak terkirakan.

“Aaakkhh..”, erangan panjang Vera disertai dengan mengejang kakunya seluruh tungkai kaki Vera yang panjang mengakhiri perjalanan penisku untuk mencapai lorong yang paling dalam sementara remasan kuat di bed cover menandakan perjalanan kenikmatan Vera yang masih belum berakhir.

Buah dada kenyal tepat berada di bawah dada bidangku dan bisa kurasakan kehangatannya yang terus berdenyut mengalir membawa gelombang birahi bertalu-talu. Sunggingan senyum manis Vera menghias ujung bibirnya ketika mata bening itu bertatapan dengan mataku dalam jarak yang begitu dekat diiringi dengan lenguh nafasnya yang tetap memburu semakin menggila dan kedutan halus malu-malu dilakukannya dengan tetap memandangku diiringi dengan senyum manisnya.

“Hebat.. teruskan”, pujiku untuk menambah kepercayaan dirinya bahwa apa yang dilakukannya bukanlah suatu hal yang tabu dan memang diperlukan untuk dapat menambah nikmatnya hubungan kami. Pujianku memberikan keberaniannya untuk segera melakukan manuver tersebut dan seiring dengan kembali terpejamnya mata lentik tersebut, remasan kuat berirama mengurut penisku yang membangkitkan seluruh titik saraf di tubuhku untuk terpusat pada gerakannya.. remasannya..

Perlahan kulakukan perlawanan dengan menggenjot penisku untuk mengimbangi remasannya diiringi dengan lenguh nafas yang terus memburu seperti derak bantalan rel kereta yang dilalui.

“Hhshshshhshhs..”, dengus nafasku tak dapat kekendalikan
“Uuugghh.. uugghh..”, Vera tak kalah serunya merintih

Buliran keringat sebesar jagung mulai membasahi keningku dan menetes di dadanya, demikian juga butiran keringat Vera mulai membasahi tubuhnya khususnya di pundaknya sehingga geraian rambut yang basah dan menempel pada pundaknya menambah pesona memompa birahiku untuk mendaki mencapai puncaknya

Gerakanku semakin seirama dengan hentakan pinggul Vera apakah demikian kuatnya ikatan emosi sehingga tak terlalu lama bagi kita untuk menyatukan irama gerakan kami akupun tak tahu namun hentakan menghunjam semakin kuat dan cepat dan berakhir dengan..

“Ellmmoo”, teriakan Vera sesaat sebelum aku mencapai puncaknya

Tubuh Vera mengejang sesaat sebelum akhirnya membujur lemas diam tak bergerak, wajah ayunya meninggalkan buliran keringat halus yang membentuk guratan halus ketika kuraba menuruni leher jenjangnya dan berkilap tertimpa cahaya lampu kamar. Tak bosan kupandang wajahnya yang memang ayu. Tak lama Vera mulai membuka matanya dan memandangku kembali dengan senyum khasnya, sebagai balasannya ku angkat penisku perlahan dan secara reflek Vera berusaha menahanku untuk tetap berada di dalamnya, namun tetap kuangkat perlahan dan segera kubalikan tubuh lemas Vera. Kupandang punggung halusnya dengan beberapa helai rambut yang tetap menempel basah oleh keringat, kuraba perlahan menyingkap helai-helai rambut tersebut untuk mendapatkan punggungnya secara utuh. Buliran keringat nampak jelas pada kedua belah bahunya menggodaku untuk kembali menjilatnya dan terus merayap ke atas menelusuri leher jenjangnya dan membasahi rambut-rambut halus yang tumbuh di sekitar tengkuknya dengan air liurku.

Rintihan nikmat kembali terdengar seiring dengan bangkit kembalinya gelora gairah yang sempat mendatar tadi setelah mencapai puncaknya,

“Eegghh.”

Permainan jari-jariku yang merayap naik turun menelusuri seluruh lekuk tubuh Vera segera memicu kembali adrenalinku terlebih rintihan nikmat tersebut semakin cepat memburu dan hanya membutuhkan waktu yang teramat singkat untuk segera membangkitkannya.

Kembali kutindih tubuh Vera dari belakang dan kuarahkan kembali penisku yang sedari tadi tetap menegang, sementara belahan kaki yang tampak sangat indah tersebut kembali terbuka lebar menyisakan lubang yang masih terbuka dan berdenyut halus dengan lendir yang membasahi sekelilingnya. Kuingin memasukinya kembali secara perlahan dan menikmati sensasi kenikmatan saat kumasuki relungnya tersebut secara perlahan dengan jepitan yang kurasakan lebih kuat lagi..

“El.., cee.. pat lakukan, aku tak tahan.. Eeell”, rintihnya perlahan namun terdengar jelas.

Perlahan namun pasti terus kudorong masuk penisku hingga mencapai jarak terjauhnya dan segera kuayunkan berirama.

Gerakanku kali ini diimbangi dengan lenguhannya tiap kali ujung penisku menyentuh mulut rahimnya,

“Arrkkh.., terus El.. arrkkhh”.

Semakin lama genjotanku semakin kuat bertenaga seiring dengan memuncaknya sensasi yang kurasakan mulai menumpuk di ujung penis untuk menyemburkan sperma yang sedari tadi tertahan, dan jepitan liang vagina Verapun semakin mantap kurasakan.

Butiran keringat bak pasir di tepi pantai yang membasahi pundaknya kembali keluar dengan derasnya yang segera berubah membesar menyerupai butiran jagung tersebar merata hingga ke punggungnya.. berkilap tertimpa cahaya lampu. Hingga ketika tiba saatnya, ujung penisku berdenyut kencang dan dalam 1.. 2.. tusukan terakhir aku hunjamkan sekuat tenaga dan sedalamnya yang diiringi dengan teriakan Vera disertai gelengan kepalanya yang ke kiri dan ke kanan dengan cepat dan.. srett.. srett.. srett.. semburan maniku menelusuri panjang penisku dan menerjang masuk menabrak dinding rahimnya melemparkan puncak kenikmatan hingga keujungnya dan jatuh demikian terjal dalam kelelahan nikmat yang tak berujung.

“Aaacchh..”, jeritan terakhir Vera sebelum dia kembali terjatuh dan diam dalam kelelahan yang teramat sangat.

Peluh yang bercucuran bercampur jadi satu ketika tubuhku ambruk dan menindih tubuh mulus Vera, bau harum keringat segera membuaiku dalam mimpi terindah bersama Vera.

“Thanks Ver”, ucapku sesaat sebelum ku terlelap
“Thanks juga El”, sahutnya lemah

Luluh lantak rasanya tubuhku malam itu dan terkuras habis staminaku setelah sebelumnya banyak tersita oleh urusan dinas namun apa yang kuberikan saat itu memberikan makna dan kesan yang sangat mendalam di lubuk hati Vera, oleh karena baru kali ini dia merasa begitu dihargai dan diperlakukan manja sebagaimana layaknya seorang istri yang memiliki kedudukan sama.
REMAJA DI TEMPAT TIDUR MENUNJUKKAN VAGINA BAGUS

REMAJA DI TEMPAT TIDUR MENUNJUKKAN VAGINA BAGUS

REMAJA DI TEMPAT TIDUR MENUNJUKKAN VAGINA BAGUS

REMAJA DI TEMPAT TIDUR MENUNJUKKAN VAGINA BAGUS, CERITA DEWASA - Malam itu Dewi terlihat sedang menonton TV diruangan keluarga dengan hanya mengenakan daster warna putih berbahan satin, Dewi terlihat cantik dan sexy mengenakan daster itu, belahan payudaranya yang putih dan mulus terlihat jelas sekali karena daster satu talinya itu berbentuk V, sementara dibalik dasternya Dewi tidak mengenakan BH dan CD, kedua putingnya yang berwana merah mudapun terlihat menonjol di dasternya itu sementara bayangan hitam yang tipis diselangkangannya terbayang dengan jelas.
Dewi memang masih muda umurnya sekarang ini baru 30tahun, dia menikah dengan suaminya pada saat ia berumur 20, sementara suaminya seorang duda beranak satu berumur 40tahun. Anak tirinya Doni sekarang ini berumur 18tahun. Sampai saat ini Dewi belum dapat memberikan keturunan kepada suaminya, mungkin ini yang membuat tubuh Dewi tetap sexy terutama kedua buah payudaranya yang masih kencang.
Hari ini suaminya memang pulang terlambat karena harus menjamu tamunya dan Doni sendiri menginap dirumah temannya, saat ini Dewi sendirian dirumah.
Malam semakin larut, hawa dingin karena hujan dan kesepian tanpa ada yang menemani ngobrol membuat Dewi mulai mengantuk, tanpa terasa Dewi mulai tertidur diatas sofa.
Jam didinding mulai menunjukkan tepat jam 1, sementara Dewi yang terlelap dalam tidurnya tidak menyadari daster yang menutupi tubuhnya sudah tidak menutupi tubuhnya secara sempurna, tali dasternya sudah tidak dipundaknya melainkan sudah berada ditangannya, ini membuat kedua payudaranya terlihat dengan jelas, sementara dibagian bawah sudah terangkat sehingga lembah kenikmatannya yang tertutupi oleh rambut hitampun terlihat dengan jelas.
Spoiler for Cerita selengkapnya:
Saat itu diluar Nampak sebuah mobil memasuki pekarangan rumah Dewi, dari dalam mobil turun seorang pemuda berbadan atletis, pemuda ini kemudian membuka pintu belakang mobil, si pemudapun terlihat memasukkan setengah badannya kedalam mobil, selang tak lama si pemuda dengan agak setengah menyeret membantu keluar seorang pria setengah baya dalam kondisi mabuk sekali, setelah pria setengah baya itu berada diluar mobil, pemuda itu mulai memapah pria tersebut kearah pintu rumah Dewi sambil tak lupa menutup pintu mobil dan menguncinya.
Sampai didepan pintu, pemuda itu mengeluarkan kunci pintu dan membuka pintu itu sambil tetap memapah pria tersebut, sesampainya didalam pemuda itu tak lupa menutup pintu rumah dan menguncinya kembali, kemudian pemuda itu memapah pria tersebut menuju kamar tidur, saat berjalan menuju kamar tidur pemuda itu menghentikan langkahnya diruangan keluarga, matanya terbelalak melihat pemandangan yang membangkitkan birahi, dia melihat kedua payudara Dewi yang putih dan mulus juga lembah kenikmatannya yang tertutupi oleh rambut hitam, melihat itu semua sipemudapun menelan air liurnya berkali-kali sementara, bagian bawah tubuhnya perlahan-lahan mulai begrerak.
Tanpa membuang waktu lagi pemuda itu dengan cepat memapah tubuh bossnya yang mabuk berat kearah kamar tidur, yang memang tidak terlalu berjauhan dengan ruang keluarga, setelah merabhkan tubuh bossnya dan membuka sepatunya, pemuda itu keluar dari ruang tidur dan menutup pintunya, kemudian dia kembali menuju keruangan keluarga dimana Dewi masih terlelap dalam tidurnya, sesampainya didepan Dewi tanpa membuang waktu lagi pemuda itu mulai melepaskan baju, sepatu, celana dan celana dalamnya, sehingga tubuh atletisnya tidak mengenakan sehelai benangpun. Tampak ****** pemuda itu sudah berdiri dengan tegak sekali.
Perlahan-lahan pemuda itu mulai duduk disamping Dewi, kedua tangannya mulai meremas-remas kedua payudara Dewi, dengan penuh nafsu pemuda itu mulai menjilati putting susu Dewi dan kadang-kadang ditimpali dengan hisapan-hisapan, mulut bekerja tanganpun tidak mau ketinggalan, tangan yang satu meremas-remas payudara Dewi, dan yang satunya mulai mengelus-elus lembah kenikmatan Dewi, saat tangannya mulai menyentuh vagina Dewi, dia merasakan Vagina Dewi sudah basah, nampaknya Dewi sedang bermimpi dientot, kemudian pemuda itu mulai memasukkan jari tengahnya kedalam lubang Dewi yang sudah basah itu, dengan gerakan perlahan-lahan dikeluar masukkan jarinya itu dimemek Dewi. Seluruh aksinya itu membuat Dewi mulai mendesah keenakan, entah karena akibat aksi sipemuda atau karena dia sedang menikmati mimpinya.
Setelah merasakan memek Dewi semakin basah pemuda itu kemudian mengeluarkan jari tangannya, lalu ia mulai mengangkangkan kedua kaki Dewi dan mengarahkan kontolnya kememek Dewi, dengan perlahan-lahan sipemuda mulai mendesakkan kontolnya kelubang memek Dewi, sipemuda tidak mau terburu-buru memasukkan kontolnya dia takut Dewi terbangun, perlahan-lahan batang ****** sipemuda mulai masuk kedalam lubang memek Dewi, ia merasakan memek Dewi sangat sempit sekali, nampaknya memek Dewi jarang dipakai atau kemaluan suaminya kecil sehingga lubang memek Dewi masih sempit, sedikit demi sedikit kontolnya mulai terbenam dilubang memek Dewi, dengan gerakan perlahan sipemuda mulai menurunkan tubuhnya sehingga posisinya mulai menindih tubuh Dewi dan kedua tangannya mulai diselipkan ketubuh Dewi.
Sambil memeluk tubuh Dewi dengan cukup erat dan bibirnya mulai mengulum bibir Dewi, sipemuda membenamkan kontolnya dalam-dalam kedalam lubang memek Dewi, akibat gerakan itu Dewi tersentak dan terbangun dari tidurnya, matanya terbelalak saat melihat wajah sipemuda, tapi Dewi tidak bisa berteriak karena mulutnya sedang dilumat oleh sipemuda, Dewi merasakan bukan hanya mulutnya saja yand sedang dilumat tapi memeknya pun sedang disumpal oleh ****** sipemuda ini, dan Dewi mulai merasakan sipemuda menggerakkan kontolnya dilubang memeknya.
Bless…sleep…bleess…sleppp…bleess….sleeeppp..
Terlihat Mata Dewi yang tadinya terbelalak karena kaget perlahan-lahan mulai meredup sayu, nampaknya Dewi mulai merasakan kenikmatan dientot oleh sipemuda, Dewi mengenali sipemuda sebagai Andi salah seorang bawahan suaminya, yang dia tidak mengerti bagaimana Andi bisa masuk kedalam rumahnya dan bagaimana Andi bisa dengan bebasnya memasukkan kontolnya kedalam lubang memeknya, tetapi Dewi tidak mau berpikir banyak tentang hal itu yang ada dalam benaknya sekarang ini adalah menikmati sodokan ****** Andi.
“hmmhh….hhhmmmhhh….hhmmmhhhh” terdengar desahan dari mulut Dewi yang masih dilumat oleh Andi, karena AndI takut kalau ia lepaskan lumatannya Dewi akan berteriak.
Mata Dewi mulai merem melek menikmati sodokan-sodokan ****** Andi yang besar kalau dibandingkan dengan suaminya, melihat Dewi mulai menikmati entotannya Andi mulai berani melepaskan lumatan dibibir Dewi dan mulai menjilati leher dan telinga Dewi, aksinya ini semakin membuat desahan-desahan Dewi semakin menjadi.
“Ouuhhh……ssshhhhh…..aaahhhhh….Annddiiii…..kon toool llmuuuu…eenaakk sekali dan besar sshhhh…aaahhhh…” Dewi mendesah kenikmatan menikmati entotan Andi.
“Hmmhhhh…..slrrppp…..hmmmm….memek ibu juga eenaaakkk…oohhhh….sslrrpppp….seempiitt sekali … ooohhhh….slllrrpppp…..” Andi melenguh keenakan merasakan memek Dewi yang masih sempit sambil tetap menghisap-hisap payudara Dewi.
Dewi merasakan kenikmatan duniawi yang belum pernah ia alami sebelumnya, selama pernikahannya dengan suaminya belum pernah dia merasakan nikmatnya dientot, selama ini suaminya selalu mencapai kepuasan terlebih dahulu, sementara ia sendiri belum mencapai kepuasan, jangankan untuk mencapai klimaks, untuk merasakan keenakan saja Dewi belum pernah merasakannya, berbeda dengan saat ini saat memeknya disodok-sodok oleh ****** Andi yang memang dalam ukuran saja lebih besar dan lebih panjang dari punya suaminya, apalagi Andi masih muda.
Kedua insan ini sudah tidak ingat apa-apa lagi selain menikmati persetubuhan mereka yang semakin menggila, Andi semakin cepat mengeluar masukkan kontolnya didalam lubang memek Dewi yang semakin basah, sementara Dewi sendiri dengan semangat 45 menggoyangkan pantatnya mengimbangi gerakan Andi, keringat sudah mengalir dari kedua tubuh mereka.
“Ouughhh … Andi ….teruussss….ooughhh… enaaakkkk….sekaalliii….oughhhh….tekaaaann yang dalam, Oughhh….puaskaannn…akuuuu…..yaaahhh,…aaaahhhh”. Lenguhan Dewi semakin menjadi.
Andi mengikuti kemauan Dewi dengan menekan lebih dalam kontolnya dilubang memek Dewi, ia merasakan ujung kepala kontolnya menyentuh bagian paling dalam memek Dewi.
“Aaagghhh…akuuu..sudah tidak tahan laaagiiii…ouugghhhh…Anddiiiiii……aku mau keluar…ough enaaaaakkkk sekali kontollmuuuu…..aaaagghhhhhh…..Andi ….akuuu…keluaaarrrrr……… aaaaghhhhhhh.” Dewi mengerang.
Srrr…..cccreeet….ssssrrrrr…….. akhirnya Dewi mencapai puncak kenikmatannya, tubuhnya mengejang saat ia mencapai kepuasannya, vaginanya berdenyut-denyut saat mengeluarkan lahar kenikmatannya, Andi sendiri merasakan vagina Dewi seperti meremas-remas kontolnya, Andipun lalu menekan lebih dalam kontolnya dan membiarkan kontolnya terbenam sebentar didalam lubang memek Dewi.
Dewi memeluk erat-erat Andi, sementara kakinya ia kaitkan dengan erat dibelakang pinggul Andi, sehingga kontolnya Andi semakin terbenam dimemeknya, beberapa saat kemudian Dewi melepaskan pelukan dan kaitan kakinya ditubuh Andi, sementara diwajahnya terpancar kepuasan.
“Andi kamu betul-betul hebat, selama ini belum pernah saya mengalami nikmatnya mengentot,” Dewi berbisik ditelinga Andi.
“Saya juga merasa enak ******* ibu, memek ibu sangat sempit. “ Andi menimpali bisikan Dewi, sambil dengan perlahan-lahan mulai memaju mundurkan lagi kontolnya.
“Hmmm…aahh..kamu belum keluar.” Dewi bertanya, karena ia merasakan ****** Andi masih keras. “Hmm..aku pikir kamu sudah selesai”.
“Belum, ibu masih mau lagi?” tanya Andi.
“Hmmm…memang kamu bisa buat aku puas lagi.” Dewi balik bertanya.
“He..he..kita coba saja, apa saya bisa buat ibu puas lagi atau tidak.” Jawab Andi sambil mulai mempercepat gerakannya, sementara tangannya mulai meremas-remas kedua bukit payudara Dewi.
“Kita tukar posisi, biar aku yang menggenjot kontolmu, sekarang kamu duduk.” Dewi menimpalinya, karena ia sendiri tidak mau membuang kesempatan ini.
Andi kemudian menarik tubuh Dewi tanpa melepaskan kontolnya dari lubang memek Dewi, dengan sedikit berputar Andipun lalu duduk disofa, sementara posisi Dewi sekarang sudah dipangkuannya, dengan posisi ini Andi lebih leluasa untuk bermain di susunya Dewi, kedua tangannya dengan penuh nafsu meremas-remas kedua bukit kembar Dewi, mulutnyapun ikutan beraksi, kedua putting susu Dewi bergiliran dijilati dan dikulum serta dihisap-hisap oleh Dewi, aksi Andi ini perlahan-lahan mulai membangkitkan kembali birahi Dewi, dengan perlahan-lahan Dewi mulai menaikturunkan pinggulnya, gesekan-gesekan ****** Andi didinding memeknya membuat birahinya kembali memuncak dengan cepat.
“Ouuughhh….Andiiiii……hiisaaaapppp….tteeeteeek kku…. .ooughhhh…yyaaachhh….begitu… aaaghhhh… kontolmu enak sekaaaliii…” Dewi mengerang sambil mempercepat gerakan naik turunnya.
“Klo mau keluar kamuuuuu….kkassiih…tahuuu…yaachhhh…..” Dewi berbisik di telinga Andi.
“Hmmhhh…ssslllrpppp…..hhmmmmhh….ok…..aaaagghh hhh., …….” Andi menjawab sambil tetap menghisap-hisap tetek Dewi.
Sleeppp…..blesss…sleeppp….bleesss….slleeepppp….ble essss….. ****** Andi terlihat keluar masuk dalam lubang memek Dewi dengan cepatnya, karena Dewi pinggul Dewi naik turun dengan cepat.
Dewi betul-betul menikmati persetubuhannya ini, gerakkannya semakin cepat dan semakin tak beraturan, lenguhan-lenguhan kenikmatan mereka berduapun semakin kerap terdengar, menikmati persetubuhan ini mereka berdua lupa dengan status mereka, dalam pikiran mereka hanya satu bagaimana mencapai kepuasan persetubuhan ini.
“Ouughhh…Andiiiiii……akkuuuu….mauuuuu,……keelll uuaaa rrr…lagi…oooohhhhh….aaaagghhh enaaaakkkkk sssekkaaaaallliiii…..kontolmuuuu…” Dewi mengerang saat ia merasa bahwa ia akan mencapai lagi puncak kenikmatannya.
Sementara itu Andi juga merasa bahwa ia akan mencapai puncak kenikmatannya, Andipun membantu Dewi yang akan mencapai puncak kenikmatannya dengan memegang pinggul Dewi dan membantu menggerakkan pinggul Dewi naik turun dengan cepat.
“Ouuughhhhh…Buuu….aaakkkuuuu jugaaa…mau kelluaaaarrr…..aaaagghhhhhh….. memek ibuuuu… enaaakkk sekaaalliiiii……ooougghhhh….buuuu…aku gak taaahhaaannn…laagi.” Andipun mengerang merasakan puncak orgasmenya yang sudah diujung kepala kontolnya.
Creeetttt….creeeettt….sssrrr…..ccreeettt……..
****** Andi menyemprotkan airmaninya didalam lubang memek Dewi, berbarengan dengan memek Dewi menyemprotkan lahar kenikmatannya, Dewi merasakan hangatnya sperma Andi didinding lubang memeknya, sementara Andi merasakan hangat dibatang kontolnya karena disiram oleh lahar kenikmatan Dewi.
Keduanya berpelukan dengan erat menikmati saat-saat terakhir puncak kenikmatan dari persetubuhan mereka, kedua bibir mereka berpagutan dengan mesra, Dewi sendiri dengan perlahan-lahan menggoyangkan pinggulnya menikmati sisa-sisa kenikmatan dari ****** Andi.
Tak lama berselang Dewi beranjak dari pangkuan Andi, dari lubang memeknya terlihat cairan putih mulai mengalir perlahan, sementara ****** Andi yang mulai mengkerut tampak mengkilat karena cairan kenikmatan Dewi, keduanya kemudian beranjak menuju kekamar mandi untuk membersihkan diri.
Setelah membersihkan diri keduanya kembali keruangan keluarga dan mulai mengenakan pakaian mereka, lalu Andi berpamitan pulang, ditimpali oleh Dewi dengan kecupan mesra dibibirnya, dan bisikan mesra ditelinganya, “ Terimakasih yach, atas malam yang indah ini”
Dibalas oleh Andi dengan senyuman dan kata-kata yang menggoda,” Kalau ibu ingin kenikmatan lagi, hubungi saya saja”
Dewipun tersenyum atas godaan Andi ini,” Pasti, “
Setelah Andi pulang, Dewi menuju kamar tidurnya, malam ini Dewi tidur dengan lelap dimulutnya terukir senyum kepuasan.
PHI HIKARU SEKOLAH PUS MENDAPAT BANG ORGY

PHI HIKARU SEKOLAH PUS MENDAPAT BANG ORGY

PHI HIKARU SEKOLAH PUS MENDAPAT BANG ORGY

PHI HIKARU SEKOLAH PUS MENDAPAT BANG ORGY. Negara melegalkan aborsi, membuat kecenderungan perilaku seks bebas meningkat. Perilaku ini pun kembali merambah kalangan remaja SMA di Kota Bogor. Menemukan pelajar yang 'nyambi' jadi PSK gampang-gampang susah. Beruntung, seorang teman mengenalkan dengan salah satu pelajar SMA yang kerap 'nyambi'. Nia (bukan nama sebenarnya, red), adalah satu dari pelajar yang kerap 'nyambi'. Dia masih duduk di bangku kelas 11 di salah satu SMA di kawasan Kelurahan Sindang Barang, Kecamatan Bogor Barat.

Nia (16) memang mengaku gemar bersetubuh. Namun bukan karena uang, melainkan kesenangan. Baginya, melakukan persetubuhan merupakan kebutuhan biologis yang diperlukan bagi setiap manusia. Tak heran, meski usianya terbilang muda, namun penjelajahannya mengarungi samudra cinta tak perlu diragukan.

Kegemaran yang menyimpang dari anak seusianya itu membuat Nia kecanduan. Bahkan, wanita berseragam putih abu ini mulai beranggapan kalau semua lelaki adalah sama. Mengatasnamakan cinta hanya ingin menikmati kemolekan tubuhnya.

Meski demikian, dia menganggap hal itu wajar. Tak ada kebencian dan keresahan bagi tiap lelaki, yang hanya datang kemudian pergi meninggalkannya begitu saja, setelah melepaskan hasrat seksualnya. Maklum, kisah pahit percintaan yang dialaminya berkali-kali, rupanya membentuknya menjadi seperti itu.

“Wajar saja. Itu kan kebutuhan biologis. Toh, aku menyukai dan menikmati hal itu. Tapi inget loh aku bukan cewek murahan, karena tidak semua lelaki yang mengajak bersetubuh, aku mau,” kata Nia di sebuah mal di bilangan Jl. Merdeka, seperti dilansir dari Radar Bogor (Grup JPNN), Minggu (24/8).

Dia mengatakan, kesukaannya bersetubuh diawali dengan kisah cintanya dengan para lelaki dewasa yang lebih tua dibandingkan dengannya, yang pada saat itu masih pelajar SMP. “Kelas 3 SMP saya punya pacar anak kelas 3 SMA. Saya pacaran sama dia sekitar satu tahun. Selama pacaran, saya sudah seperti suami istri. Tiap kali bertemu pasti 'gituan'. Namun, hal ini dilakukan sewaktu rumah kami tengah kosong tak ada orang tua,” kata wanita berambut panjang ini.

Maklum, sambung dia, rumah kosong bukanlah hal yang jarang baginya. Sebab, kedua orang tua bekerja, membuat dia dan sang pacar bebas. “Aku melakukannya karena merasa yakin jika dia akan menjadi suamiku kelak. Aku tidak takut dosa. Kan kita sama-sama mau. Jadi, tidak ada unsur paksaan. Dosa kan terjadi kalau ada paksaan,” begitulah pendapat wanita yang dibesarkan di Bogor ini.

Sewaktu putus pun, dia mengaku tak menyesal telah disetubuhi berkali-kali oleh mantan kekasihnya itu. “Habis, mau diapakan lagi. Tidak baik menyesali langkah yang sudah diambil. Memang sih, awalnya sakit banget hati ini,” terangnya seolah tak memiliki beban.
Cerita gadis17 MODEL KOLEKSI MARI HANEDA BERSAMA PACAR ML

Cerita gadis17 MODEL KOLEKSI MARI HANEDA BERSAMA PACAR ML

Cerita gadis17 MODEL KOLEKSI MARI HANEDA BERSAMA PACAR ML
Cerita Gadis17 Model Koleksi Mari Haneda Bersama Pacar ML

MODEL KOLEKSI MARI HANEDA BERSAMA PACAR ML.Ini adalah cerita aku ML untuk yang kesekian kalinya, tentu saja dengan cewekku. Dia adalah my girl yang paling kusukai, keturunan chinese, toket ukuran 32c. Aku sangat puas tiap kali berhubungan dengannya, sebut saya namanya Ani.

Ani adalah adik angkatanku, persis setahun di bawahku. Kumulai berhubungan dengannya setelah kegiatan inisiasi kampus berakhir. Kumulai dengan sering telepon, main ke tempatnya, dan akhirnya kupinang dia. Ani mau. Mulai saat itu kami sering keluar bersama. Ani tinggal dikota ini disebuah rumah kontrakan, bersama dengan saudara sepupunya dan pembantu, semuanya wanita. Aku sangat mencintainya, diapun begitu.

Pada suatu malam kuberanikan mencium bibirnya. Dia suka, lalu langsung kucium lagi dan lebih lama serta dengan permainan lidahku. Saat itu aku belum terlalu memikirkan untuk ML, aku terlalu lugu untuk itu, aku hanya menikmati bibirnya. Setiap kali bertemu dan ada kesempatan aku smooch dia, dan Ani sangat menyukainya, ini yang pertama untuknya, katanya.

Suatu hari Ani memintaku untuk menemaninya, dan kami sudah jalan bareng untuk 1 tahun. Kami sangat mesra sekali dan belum ada pikiran untuk melakukannya. Sampailah aku di rumahnya, ternyata Ani hanya sendiri. Saudaranya pergi maen, dan pembantunya dapat jatah balik kampung katanya. Kesempatan ini tak kulewatkan untuk menciuminya. Ani mengajakku ke kamarnya. Kuawali dengan ciuman kecil dibibir, lalu semakin panas. Kubaringkan Ani di ranjangnya, lalu lehernya.

Saat aku mulai panas, kuberanikan untuk meminta izin memegang dadanya, Ani mengizinkan tetapi hanya dari luar. Dengan lembut kumeremasnya, sambil menciumi bibirnya. Tapi aku makin penasaran, kuminta izin untuk merasakan dadanya langsung. Ternyata Ani meluluskannya dengan satu syarat mataku dipejamkan.

Perlahan Ani membimbing tanganku menuju ke sana. Kenyal sekali dadanya, lalu kucari putingnya, keras. Aku langsung jatuh cinta dengan dadanya juga, pas dalam tanganku. Dan dengan sengaja kubuka mataku dan tampaklah payudara yang indah sekali untukku.

Ani kaget ketika melihatku melek, tapi langsung kukatakan padanya aku sangat menyukai dadanya yang indah, wajah Ani memerah. Terus kumeremas-remasnya perlahan dan lembut. Ani tampaknya menyukainya. Kudekatkan wajahku ke dadanya dan kuciumi payudaranya, kiri dan kanan. Ani tampaknya diam saja. Lalu aku menyusu padanya, aku nenen padanya.

Dan terdengar lenguhan panjang Ani, “Uh..”.

Aku semakin semangat menikmati dada dan putingnya. Nikmat sekali, sepetinya nipplenya lumer dalam mulutku. Untuk sesaat kuistirahatkan dadanya. Kulucuti t-shirt dan branya, Ani tak menolak, Ani topless sekarang. Dan kuciumi bibirnya.

“Kenapa?” tanyaku.

Ani diam saja dan tangannya masuk ke dalam t-shirtku dan melucutinya.

“Lanjutin donk.. U make me drunk”, katanya.

Aku pun begitu, batinku. Ani bersandar didadaku, tanganku memeluk dadanya yang kusuka, lehernya kuciumi dan kujilati, Ani sangat menikmatinya.

“Uh.. M..”, terdengar dari bibirnya.

Kuturunkan salah satu tanganku dan kumainkan di daerah selangkangannya, dari luar celana pendeknya. Ani diam saja. Lalu ku coba memasukkan tanganku kedalam celananya turun menuju vaginanya, lembab kurasakan. Mulai kumainkan jariku, perlahan. Dan dengan perlahan pula Ani membuka selangkangannya, tanganku turun lebih dalam. Ternyata CD-nya sudah basah.

“Ani.. Kamu sudah horny ya..”, tanyaku.

Ani terdiam dan mulai menciumku dan memainkan lidahnya, ini jawaban ‘iya’ untukku. Kusandarkan Ani dan kulucuti celana dan CDnya, sebuah pemandangan indah dan kali pertama dimataku, vagina dengan rambut yang tak lebat, basah.

“Ani.. Aku suka vaginamu”, kataku.
“Masa..”, jawabnya sambil menutupi payudaranya dan wajah memerah.

Masih dengan ragu-ragu, kudekatkan wajahku ke vaginanya. Kuciumi dan kujilat perlahan permukaannya. Wow, rasanya aneh namun tidak berbau (padahal bayanganku pasti bau!). Ani menggelinjang. Lalu kupegang kedua pahanya dengan erat sambil terus kubenamkan lidahku ke vaginanya. Rasanya asin namun nikmat. Lalu vagina tersebut aku kuakkan dengan jariku.

Terlihatlah daging merah yang sangat lembut bersama sebentuk daging kecil yang menggantung dan berkilat-kilat. Itu klitorisnya. Tiba-tiba kurasakan jenggutan dirambutku yang semakin menekan kepalaku ke vaginanya. Segera kupercepat jilatanku sehingga mulutku penuh dengan lendir dari vagina Ani.

Kudengar desahan Lina semakin keras. Tangannya menuntun tanganku untuk meremas payudaranya (32B). Aku semakin exciting. Sebenarnya aku belum telalu terangsang tapi semakin ingin tahu apa yang akan terjadi berikutnya. Terus saja kusedot kuat klitorisnya sambil kujilat-jilat lubang vaginanya.

Tiba-tiba otot pahanya menegang dan cengkramannya makin kuat disusul dengan ‘muncratnya’ cairan dari vagina Ani. Kontan kuhentikan kegiatanku melihat peristiwa tersebut. What a surprise! Lalu ku jilati sisa cairannya, ternyata aku suka. Kupandangi rona wajahnya yang memerah. Rambutnya berantakan dengan bulir-bulir keringat di lehernya. Matanya terpejam, kemudian membuka dan tersenyum ke arahku.

“Kamu ngapain sih barusan, enak banget..!”, desahnya mesra.
“Kamu ga kan mau tau lah”, kataku.
“Kasih tau dong ngapain, sampe mulut kamu belepotan gitu”, kata Ani sambil tertawa. Kucium bibirnya.
“Ih.. Asin”, katanya.
“itu khan punya kamu..”, balasku. Dan aku duduk disampingnya.
“Ini yang pertama buatku.., aku suka banget, dan aku sayang sama kamu”.
“Aku juga begitu”. Lanjutku, “Ini juga yang pertama”.
“Aku nggak nyesel Ko, aku ingin kamu berikan lebih dari ini, aku ingin punyamu, sungguh”, lanjutnya sambil mengelus-elus penisku.

“Ini sebenernya rahasiaku, tapi aku ingin kamu tahu, aku sengaja bikin suasana rumah seperti ini, saudaraku pulang ke rumahnya, bukannya maen, terus pembantuku kebetulan dapet jatah pulang ke kampungnya. Jadi aku bebas sama kamu. Sekarang cuma aku dan kamu berdua. Aku ingin punya kamu. Aku cuman tahu hal ini dari cerita-cerita temen, tapi ngga bisa bayangin yang sebenernya, sekarang aku bisa sama kamu”.

Mendengarnya aku merinding dan suka. Ini kesempatanku untuk melepaskan rasa ingin tahuku dan aku tak ingiin terlalu lugu lagi. Dan sekali lagi aku terdiam tapi sangat suka. Lalu kuterkam bibirnya dengan bibirku, lalu tanganku memainkan tugasnya di toket dan vaggynya.

Ani terangsang lagi, lalu bangun dan menghempakanku ke ranjang. Ani melucuti celana dan CDku, aku bugil. Penisku yang baru setengah on, dibuatnya fully on. Ani menjilatinya, seperti lolipop. Dari kepalanya, batangnya dan bijinya. Nikmat sekali. Kuminta Ani menaruh vaginanya diatas wajahku, lalu lidahku mulai bergerak.

Pose ini menjadi favorit Ani dalam foreplay. Kujilati bibir vaginanya, lalu klitorisnya. Kusedot-sedot perlahan dan sesekali kugigit kecil. Ani pun menikmati penisku, dijilatinya dan perlahan-lahan dikocoknya. Lalu dimasukkan kedalam mulutnya dan dikocok. Nikmat sekali, kamu berdua sesekali mendesah dan melenguh menikmati rangsangan yang saling kami berikan. Rasanya semua otot pahaku berkedutan menahan nikmat yang kurasakan.

Dan sesekali Ani menggerakkan pantatnya maju-mundur menggesekkan vaginanya di lidahku. Vaginanya makin basah, dan berkedut, Ani melenguh dan mendongakkan badannya sambil memegangi penisku, cairan itu keluar lagi, Ani orgasme kembali. Ani membalikkan badannya dan berbaring diatas badanku. Kami berdua sama-sama berkeringat, penisku masih ngacung dan belum terpenuhi.

“Donn, nikmat sekali rasanya, aku dapat lagi. Aku ingin malam ini terpuaskan” katanya. Ku peluk dia.
“Ayo mulai lagi” ajakku. Ani menyanggupinya.

Dia berbaring, kukecup keningnya, kuciumi bibirnya, kujilati lehernya sambil meremas-remas dadanya. Turun lagi kujilati payudaranya, kusedot-sedot putingnya dan sesekali kugigit kecil. Ani menikmati sekali, dan kepalakupun dipeluknya. Setelah puas dengan dadanya, ku jilati klitorisnya dan ku sedot-sedot vaginannya yang basah lagi. Kunikmati vaginanya yang merah dan tangan ku meremas-remas dadanya dan memelintir putingnya perlahan dan lembut. Vagina Ani berkedut lagi, kugesekkan kepala penisku dimulut vaginanya terdengar desahan lirih “Uh..” dari bibirnya.

Kubisiki Ani, “Sekarang kau seorang wanita sejati” lalu kucium bibirnya dan penisku mulai masuk ke dalam lubang senggamanya.
“Au.. Sakit..”, teriaknya.
“Tenang sayangku, sebentar lagi kamu akan merasa nyaman dan nikmat”, hiburku dan penisku masuk.

Kudiamkan sebentar didalam vaginanya, dengan dinding vagina yang berkontraksi, kupeluk Ani.

“Kamu sekarang seorang wanita dewasa, sayang”, bisikku.

Dia mencium bibirku, lembut dan dalam. Dan mulai kukocok vaginanya dengan penisku itu, perlahan. Hangat sekali didalam sana, basah, licin. Badan kami yang sudah mandi keringat terasa hangat pula, dan tak lupa kubisiki dia dengan kata-kata yang erotis, berciuman dan meremas-remas dadanya. Indah sekali malam itu, erotis. Kukocok vaginanya perlahan-lahan dengan penisku, kuselingi dengan menyusu pada Ani, serta menciumi ketiaknya yang mulus. Kugendong Ani dan sodokanku lebih terasa.

“Aku nggak nyesel Donn.., kamu lembut sekali..”, katanya sambil terus kusodokkan penisku.

Vagina Ani makin basah dan terus memijat batang penisku, seakan-akan disedot olehnya. Terdengar pula suara gesekan vagina dan penis, suara yang basah. Aku duduk diranjang, Ani mulai mengocok penisku dalam-dalam, dia hunjamkan pantatnya ke penisku, nikmat sekali. Lalu Ani mengayangkan badannya, sambil mulutnya meracau nggak jelas.

Kulumat habis dadanya kunikmati putingnya. Kami sangat menikmati dan kami berdua mandi keringat. Akhirnya Ani mengejang dan memelukku erat lalu membenamkan penisku dalam-dalam, terasa cairan memandikan penisku dan dindingnya memijat dan terasa pula menyedot penisku, Ani orgasme lagi, ku balas dengan kocockanku dan kupeluk dia dan penisku berkedut, crot, spermaku muncrat di dalam vaginanya, aku duduk memangkunya dan berpelukan, lalu kucium bibirnya.

“Terima kasih sayang”, kataku.
“Aku juga”, jawabnya.

Aku berbaring dengan Ani di atasku, penisku masih di dalam, dan kubiarkan mengendur.

“Donn, aku nggak ingin terpisah dari kamu. I love, and I always do”, katanya.
“Aku juga sayang”, lanjutku.

Lalu kami tidur bersama, dengan keadaan bugil dan penis ku masih didalam vaginanya. Ketika subuh, penisku ereksi. Kejadian alami ini membuat Ani terbangun.

“Don, penis kamu bangun. Lagi yuk”, katanya bersemangat.

Langsung ku lahap bibirnya dan kumainkan lidahku. Kutindih Ani, dan mulai meremas-remas dadanya. Kenyal sekali sambil memandangi wajahnya, Ani sungguh cantik dalam hatiku. Aku percaya jika wanita paling cantik saat bangun tidur. Kami makin panas, vagina Ani makin basah dan berkedut. Kulanjutkan permainan mulutku ditoketnya. Kulumat nipplesnya dan ku sedot-sedot toketnya. Ani mendesah dan meracau keenakan.

“Don.. Kocok penismu.. Say”, pintanya keenakan.

Perlahan-lahan kusodok vaginanya dengan penisku, terdengar suara becek yang terkesan erotis bagiku. Aku paling suka mengocokkan penisku perlahan, sebab gesekan antara dinding vagina dan penis lebih dapat dirasakan, dan tidak menyakiti vagina. Peluh mulai keluar dari pori-pori kulit kami, bau alami kami mulai keluar membuat suasana makin erotis bagiku.

Ani tampaknya mulai menggerakkan pantatnya maju-mundur membalas gerakan penisku yang juga demikian, tampaknya Ani sungguh menikmatinya, langsung kubalik posisi kami. Kini Ani diatasku. Kedua tangan Ani bertumpu didadaku, dan payudaranya kuremas-remas perlahan-lahan dan kupelintir-pelintir putingnya. Ani memejamkan mata, dan pantatnya maju-mundur mengocok penisku. Suara becek makin kencang, dan penisku makin becek pula.

Vagina Ani berkedut kencang, dia memelukku dan berbisik “Aku udah sampe”.

Ani sudah orgasme lagi, sedang aku belum.

“Giliranku ya..” balasku.

Kugendong dia menuju kursi. Ani masih memelukku dan langsung kukocok vaginanya kembali, Ani menciumi bibirku. Lima menit kemudian aku keluarkan spermaku divaginanya, nikmat sekali sarapan pagi ini. Kami berpelukan untuk mengambil nafas sebentar.

“Ani, sungguh kamu nggak menyesal malam ini?”, tanyaku penuh keraguan.
“Tidak”, jawabnya sambil menciumi bibirku.

Tak henti-hentinya aku smooch Ani. Akhirnya penisku di cabut dari vaginanya, tampak sperma dan cairan vagina Ani bercampur, sesaat setelah kucabut, campuran cairan itu keluar dari mulut vagina Ani yang dihiasi jembut yang nggak terlalu lebat. Ani menggandengku ke kamar mandi.

“Mandi bareng yuk”, pintanya.

Kamar mandinya memiliki shower dan bath tub.

“Ani, kucukurin pubic hair-mu (jembut) ya..”, pintaku.
“Kita mandi dulu sayang”, jawabnya.

Kami berdua masuk ke shower, tiba-tiba Ani jongkok di hadapanku dan kencing, kulihat dia.. Sexy sekali batinku.

“Say, .. Agak perih nih vaginaku”, katanya.
“Mungkin karena baru pertama kali ML, say”, jawabku.

Ani mengangguk tanda setuju.

“Walau sakit tapi enak kan?”, kataku sambil memeluk dan meremas dadanya.

TAMAT

Kumpulan Video Jav Terbaru | Bokep Japang Uncencored Bokep Japang Uncencored | Streaming Video Bokep Jepang Nonton Film Bokep Jepang Gratis Terbaru | Film Semi Terbaru Kumpulan Video Bokep Jepang Nonton Jav Bokep Gratis Download Bokep Jepang Gratis