Istri Muda Berhubungan Seks Dengan Orang Lain

Posted by on Senin, 13 Februari 2017

Istri Muda Berhubungan Seks Dengan Orang Lain
Istri Muda Berhubungan Seks Dengan Orang Lain

Istri Muda Berhubungan Seks Dengan Orang Lain.
Sebagaimana  telah   aku  kemukakan pada  tulisan   aku yang terdahulu, yang berjudul "Tergila-gila Pada Mertua",
selain  berbagai  usaha yang terkait  dengan  ibu  mertuaaku ,  sebenarnya sebelum kelahiran anak  aku  yang kedua,
aku   telah  pernah bersetubuh dengan orang  lain,  yakni dengan isteri teman  aku
Kejadiannya   bermula  dari  perjumpaan   aku    dengan seorang teman SMP  aku  di sebuah toko elektronik,  ketika
aku   sedang  membeli VCD Player. Pertemuan di  toko  itu kemudian  dilanjutkan dengan makan malam  bersama.  Joko, teman   aku  itu, bekerja sebagai di salah satu perusahaan
minyak.  Karena  ia  bekerja  di  bagian  produksi,  maka waktunya lebih banyak dihabiskan di anjungan minyak lepas
pantai.  Dua minggu di anjungan, dan satu minggu kemudian ia  bekerja di darat. Begitulah pola jadwal kerjanya.  Ia
telah  5 tahun menikah tetapi belum juga dikaruniai anak.
Nama  isterinya  adalah Nina, bekerja  sebagai  dosen  di salah  satu perguruan tinggi swasta. Pembicaraan di rumah
makan   tersebut  sedemikian  mengasyikkan.  Kami  banyak mengenang  berbagai  kejadian lucu  semasa  kami  di  SMP dahulu.  Bagaimana kami berusaha mengintip paha guru-guru wanita, cerita tentang Bibi Kantin, dan sebagainya. Tidak kami  sadari, rupanya rumah makan itu akan segera  tutup. Kemudian Joko mengajak  aku  ke rumahnya.

Rumah  Joko  sudah sepi ketika kami  sampai  di  sana. Menjawab pertanyaan Joko, pembantu wanita yang membukakan pintu mengatakan bahwa isteri Joko telah masuk kamar dari
jam  sembilan, mungkin sudah tidur katanya. Sambil  duduk di  ruang tamu menunggu Joko yang masuk ke kamarnya,  aku mengamati  rumah  Joko yang cukup  asri  ini.  Dari  foto mereka  yang  terpajang,  aku  dapat melihat  dan  menilai
bahwa   isterinya  cukup  menarik  dan  seksi.   Ternyata penilaian    aku   tersebut  tidak  salah.

Dengan   hanya mengenakan  daster  tanpa lengan dan  sedikit  terkantuk- kantuk ia menjulurkan tangannya "Nina" katanya. "Bambang" jawabku  singkat.

Kemudian Nina mengatakan ia mohon  maaf karena  mengantuk sekali dan harus tidur cepat karena  ia
mendapat   jadwal   mengajar   pagi   keesokan   harinya. Tinggallah     aku    berdua   dengan   Joko   melanjutkan
perbincangan  kami.  Sambil berbincang-bincang,  kemudian Joko  mencoba  VCD yang baru dibelinya. VCD  itu  sendiri isinya  film  yang cukup terkenal (judulnya  kalau  tidak salah "Indecent Proposal". Kurang lebih film itu berkisah
tentang   tawaran  dari  seorang  pria  untuk  memberikan sejumlah  besar uang apabila ia diperbolehkan  mengencani
isteri pria yang satunya tersebut.

Sambil menonton,  Joko bertanya  "Kalau  kamu  bagaimana  Bang?" tanyanya.  Aku menjawab "enggak tahu deh .. bingung". Kemudian aku balik bertanya  "Kalau kamu bagaimana Jok?". Joko  mengemukakan
bahwa kalau ia menghadapi situasi yang demikian, maka  ia akan  menerima  tawaran itu.

Bahkan  ia  kemudian  secara terbuka  mengungkapkan kepadaku bahwa terkadang  ia  suka
membayangkan isterinya bersetubuh dengan orang  lain.

Ia merasa  janggal dengan keadaannya yang satu ini. Kemudian kami  memperbincangkan  berbagai hal  lainnya.  Menjelang tengah  malam,  akhirnya  aku  pamit, walaupun  sebenarnya
masih banyak yang ingin kami perbincangkan. Dengan  kesibukan  masing-masing, selama  hampir  tiga
minggu kami tidak berkomunikasi. Sampai akhirnya di  satu hari  Kamis,  ia menelepon  aku  di kantor  menjelang  jam
pulang kantor. Joko mengajak  aku  untuk bertemu di  salah satu   Cafe  di  bilangan  Kemang.  Karena  tidak  acara,
akhirnya   aku  menyanggupi ajakan tersebut. Rupanya  Joko ingin  membicarakan suatu hal yang agak pribadi, sehingga ia  mengajak   aku   bertemu  di  cafe  tersebut.  Setelah pembicaraan  basa-basi, akhirnya ia  mengutarakan  maksud utama mengapa ia mengajak  aku  bertemu.

"Begini    Mbang"   kata   Joko   sebagai   pembukaan. "Sebetulnya  aku  agak sungkan mengemukakan hal yang  akan
aku    utarakan  ini,  karena  sifatnya  begitu  pribadi" lanjutnya. "Mudah-mudahan kamu tidak terkejut  dan  tidak
berpikir yang bukan-bukan terhadap  aku , setelah semuanya ini   aku   ungkapkan padamu" sambung Joko lagi. "Ada  apa sih   Jok"   tanyaku   penasaran.

"Pernah   tidak   kamu membayangkan  isterimu  bermesraandengan  orang   lain" tanyanya. "Pernah" jawabku singkat dan sejujurnya  memang demikian.   "Aku  juga"  katanya.  "Bahkan,  aku   sangat terangsang kalau membayangkan isteriku bersetubuh  dengan laki-laki  lain"  lanjutnya.  "Sebenarnya,  secara  tidak langsung aku pernah mengemukakan hal tersebut ketika kita nonton  film  di rumahku dulu" lanjutnya lagi.  "Bayangan itu,   hampir   tiap  malam  singgah  di  kepalaku.   Dan sepertinya  aku  tidak  tahan lagi untuk  mewujudkannya." kata Joko sambil meneguk minumannya.

"Karena itulah,  aku mengajakmu  bertemu. Terus terang Mbang,  aku  mau  minta
tolong  padamu.  Maukah kamu menyetubuhi isteriku  ?  Aku ingin  melihat  kamu menyetubuhi isteriku"

katanya  malu- malu.  Walaupun  sebenarnya aku juga  sudah  menduga-duga kemungkinan  akan  hal  itu, tetapi  aku  tetap  tertegun mendengar  ungkapan Joko tersebut. "Maaf ya Mbang,  kalau permintaanku itu kurang enak buat kamu" kata Joko melihat aku  diam  saja.  "Terus terang Jok, aku kaget  dan  agak bingung.  Walaupun  masih  ada  beberapa  pertanyaan   di benakku,  tapi aku dapat memahami keinginanmu  itu.  Yang benar-benar  membuatku bingung ... kenapa aku  yang  kamu pilih untuk menyetubuhi isterimu.?"  tanyaku.

"Ada  beberapa alasan" jawab Joko. "Pertama, aku sudah cukup  mengenal kamu, yang artinya kamu aku  nilai  tidak
akan  sembarangan  membocorkan rahasia ini  kepada  orang lain.  Kedua, walaupun kita kenal sudah cukup lama,  tapi kita kan tidak sering berhubungan. Aku pikir keadaan  itu dapat  mengurangi resiko timbulnya berbagai masalah  yang lebih  besar kemungkinannya timbul kalau yang menyetubuhi isteriku  adalah  orang yang bergaul  sehari-hari  dengan kami"  lanjut  Joko. "Maksudmu bagaimana  Jok,  aku  agak kurang   jelas?"   tanyaku.  "Begini,  seumpamanya   yang menyetubuhi isteriku itu tetanggaku atau teman  kantorku, kan  kejadian itu dapat menimbulkan situasi hubungan yang baru  di antara kami.

Misalnya, jadi salah tingkah  dalam berhubungan. Dan jika hal itu terjadi, akan  lebih  besar pengaruhnya dibandingkan jika dengan kamu. Karena, hamper tiap  hari kan aku ketemu mereka." kata Joko menjelaskan. "Kalau begitu, ada kemungkinan dong hubungan kita menjadi renggang?"  tanyaku lebih jauh. "Itu kan cuma  permisalan
saja"    kata   Joko.   "Tapi   kan   aku   harus   tetap memperhitungkannya"   kata   Joko   lagi.   "Pertimbangan
lainnya" tanyaku lagi.

"Terus  terang  Mbang,  biar bagaimana  juga  kan  aku harus  pilih-pilih. Aku tidak mau dong orang  sembarangan
yang  menyetubuhi isteriku. Tampang dan  kondisi  sosial- ekonomi,  setidaknya selevel denganku" kata Joko.  "Kalau
orang  sembarangan, isteriku juga belum tentu mau" lanjut Joko lagi.

"Memangnya hal ini sudah kamu bicarakan dengan isterimu?" tanyaku sambil meneguk Coca Cola yang  ada  di
hadapanku. Kemudian Joko mengatakan "Sudah tahunan  Mbang aku  mengungkapkan  keinginanku ini  ke  Nina.  Tapi  dia selalu menolaknya. Ide gila katanya. Baru beberapa  bulan yang  lalu  sikapnya  agak melunak, karena  kayaknya  dia mulai  takut aku ceraikan karena tidak punya anak.  Tapi, sampai  saat  ini  keinginanku itu belum terpenuhi.  Kami belum  menemukan  orang  yang  benar-benar  cocok  dengan keinginan  kami. Kadang aku yang tidak cocok, kadang  dia yang  tidak menyenangi orang yang aku usulkan.  Ada  juga yang  alternatif  orang yang kami berdua  kurang  cocok".


"Memangnya  kalau aku, isterimu sudah setuju?"  potongku.
Joko menjawab "Aku sudah pernah membicarakan kamu sebagai
alternatif  kepada Nina, dan responsnya  menurutku  lebih
baik  dibandingkan  dengan calon-calon sebelumnya".  "Apa
komentar Nina tentangku" tanyaku lagi. "Nina bilang  kamu
'boleh  juga', dan seperti penilaianku, Nina juga menilai
kamu cukup dikenal olehku, namun kita tidak terlalu dekat
dan  tidak terlalu sering berhubungan dengan kami"  jawab
Joko.

Setelah menanyakan beberapa hal lainnya, kemudian
aku  mengatakan  kepada Joko bahwa aku masih  membutuhkan
waktu  untuk  berpikir. Alasan utama  yang  aku  utarakan
adalah  bahwa  aku belum pernah melakukan  hal  tersebut.
Kemudian setelah kami berbincang-bincang tentang berbagai
hal lainnya, kami akhirnya pulang ke rumah masing-masing.
Pada  malam  saat aku berbicara dengan  Joko  di cafe‚
tersebut,  aku sebenarnya sudah ingin memberikan  jawaban
bersedia. Selain memang mungkin benar bahwa pria memiliki
kecenderungan untuk tidak puas dengan satu  wanita  saja,
juga didukung oleh situasi dimana satu bulan terakhir ini
isteriku  sudah tidak mau diajak bersetubuh  karena  usia
kandungannya   yang   sudah   tua.

Faktor   kebat-kebit
sehubungan   dengan  hasratku  terhadap  mertuaku,   juga
semakin  menggelitik kebutuhan seksku.  Satu-satunya  hal
yang   menunda  persetujuanku  adalah  kekhawatiran  akan
resiko  dari  memenuhi  permintaan  itu.  Pertama,  terus
terang aku takut affair tersebut akan diketahui orang dan
akhirnya  sampai  ke  telinga  keluargaku  atau  keluarga
isteriku.

Kedua, aku khawatir kalau Joko meminta  imbalan
sebaliknya. Artinya, ia juga ingin menyetubuhi  isteriku.
Aku  khawatir kalau ia meminta hal ini, aku  tidak  dapat
memenuhinya. Isteriku kemungkinan besar akan menolak  ide
itu,  aku sendiripun masih bertanya-tanya apakah aku  mau
membiarkan  isteriku disetubuhi orang lain. Walaupun  aku
terkadang  memfantasikannya, kan tetap  ada  beda  antara
fantasi dengan realita.

Setelah   aku  timbang-timbang  kurang  lebih   selama
seminggu,  dan  setelah memperoleh konfirmasi  dari  Joko
bahwa   ia   tidak   bermaksud  untuk   meminta   imbalan
menyetubuhi  isteriku,  akhirnya  aku  memutuskan   untuk
memenuhi  tawaran  dari Joko tersebut.

Kemudian,  melalui
telepon aku memberitahu Joko, dan langsung saat itu  juga
kami  membuat janji untuk bertemu di rumah Joko pada hari
Jumat malam.

Dengan   alasan  ingin  bertemu  dengan  teman   lama,
setelah  mandi dan sempat bermasturbasi di  kamar  mandi,
aku  pamit  pada  isteriku dan berangkat ke  rumah  Joko.

Makan  malam  di rumah Joko berlangsung agak kaku.  HanyaJoko    saja   yang   banyak   berbicara   dan   berusahamenghangatkan suasana. Aku hanya mengiyakan atau menjawabsingkat  pertanyaan-pertanyaan Joko. Sementara itu,  Nina lebih  banyak menundukkan kepala dan terlihat agak jengah ketika  bertemu  pandang denganku. Yang ada  di  kepalaku saat  itu, adalah bayangan bahwa sebentar lagi  aku  akan memesrai  wanita  ini. Beberapa kali aku  sempat  mencuri pandang  ke  arah Nina dengan agak menjelajahi  tubuhnya.

Khususnya, ketika ia berdiri dan berjalan mengambil  buah
untuk penutup makan malam itu.
Sehabis  makan,  ketika Nina membereskan  meja  makan,
Joko  dan   aku   duduk-duduk di ruang keluarga.  Beberapa
saat kemudian Nina masuk ke ruang keluarga itu, duduk  di
salah  satu  sofa tunggal  di ruang itu. Ia duduk  dengan
kedua  tangan  menyatu  dan diselipkan  di  antara  kedua
kakinya.   Terkesan  sangat  gugup,  canggung  dan   agak
ketakutan. Suasana terasa sangat kaku, walaupun  beberapa
kali  Joko berusaha melucu. Tatapan kami lebih sering  ke
arah televisi, tapi aku yakin kalau pikiran kami bukan ke
acara  di televisi tersebut.

Suatu saat Joko berdiri  dan
kemudian menarik tangan Nina untuk bangun dari sofa  yang
didudukinya.  "Ada apa Mas?" tanya Nina keheranan.  Tanpa
menjawab,  Joko  kemudian menuntun Nina  ke  arahku  yang
duduk   di  sofa  panjang,  lalu  mendudukkan   Nina   di
sampingku.  "Apa-apaan  sih" kata Nina  sambil  terduduk.
Situasinya   semakin  menjadi  tidak  enak  dan   semakin
canggung.  "Kayaknya kamu terlalu maksa deh  Jok"  kataku
kepada   Joko.  Nina  diam  saja  dengan  wajah  memerah,
campuran  rasa  malu dan canggung.

"Sorry  deh.  Mungkin
lebih baik kalian berdua saja dulu untuk lebih akrab. Aku
ke  teras  depan  dulu ya .. " kata Joko sambil  berjalan
meninggalkan kami.
"Kita  batalin saja Nin, kalau kamu memang tidak  mau"
kataku  kepada  Nina,  sambil  mengarahkan  pandangan  ke
televisi  lagi. "Nggak apa-apa kok ...  aku  memang  sudah
menyanggupi hal ini pada Mas Joko. Cuma aku bingung  saja
aku  harus bagaimana", jawab Nina. Kemudian aku memandang
wajah  Nina, terlihat pipinya memerah kembali.

"Aku  juga
bingung,    belum   pengalaman   sih"   jawabku    sambil
memberanikan diri memegang tangan Nina. Ia diam saja, dan
membiarkan tangannya kuelus-elus. Detak  jantungku maupun
jantung  Nina, semakin mengeras sejalan dengan  kegugupan
kami masing-masing. Kemudian aku menyandarkan lenganku ke
bahunya, terasa hangat namun tetap gugup.

Kemudian kuusap-
usap  rambutnya, turun ke leher, ke rambut  lagi.  Bolak-
balik  begitu. Suasana terasa lebih rileks, dan  kemudian
Nina  menyandarkan  kepalanya ke punggung  tangan  kiriku
yang  ada  di  bahu  kirinya.  Kemudian  tangan  kanannya
menarik  tangan kananku dan meletakkan di telapak  tangan
kirinya,  sambil  tangan kanannya mengelus-elus  punggung
tangan  kananku. Saat itu, bagi kami, terasa lebih  mudah
melakukan gerakan-gerakan dibandingkan dengan berbicara.

Setelah  beberapa  saat, kemudian  aku  menarik  kedua
tanganku, dan duduk menghadap Nina sambil memegang  kedua
pipinya dengan tanganku.

Sesaat kami berpandangan, tetapi
kemudian  Nina  menutup  kedua matanya.  Secara  naluriah
kemudian  kucium bibir Nina. Untuk sesaat,  terasa  bibir
Nina  agak menutup rapat, tapi kemudian lama-lama melemah
dan membuka. Kukulum bibirnya dengan lembut. Lalu kujepit
bibir bawahnya dengan kedua bibirku, sambil kubelai bibir
bawahnya  itu  dengan  lidahku.  Kemudian  kukulum   lagi
lidahnya,  terasa mulai ada respons dari Nina.  Ia  mulai
aktif  membalas  ciuman  dan kulumanku.  Secara  refleks,
tanganku  mulai membelai-belai payudaranya, dan  sesekali
meremas  dengan  lembut.

Kemudian  Nina  melenguh,   dan
melepaskan  bibirnya dari bibirku dengan napas  terengah-
engah.  Matanya terbuka dan kemudian bibirnya  tersenyum,
akupun  tersenyum sambil memandangnya. "Aku belum  pernah
dicium  dengan  cara tadi dan belum pernah ciuman  selama
itu"  kata  Nina  kepadaku. Aku diam  saja  sambil  terus
membelai  payudara  Nina.  Dengan  gerakan  memutar,  aku
mengelus daerah puting payudaranya.  Secara perlahan, aku
dapat   merasakan  bahwa  putingnya  makin   lama   makin
menonjol.  Tanpa  berkata-kata, kupeluk  erat  Nina,  dan
kemudian kucium lagi.

"Nah  begitu  dong  ... " kata Joko  yang  tanpa  kami
sadari sudah berada di dekat kami. Nina dan aku sama-sama
terkejut  dan agak terlonjak mendengar suara Joko.  Tubuh
kami  pun menjadi agak merenggang. "Ngaget-ngagetin  saja
kamu  Jok"  kataku  sambil merasa agak malu  dan  sedikit
terganggu,  karena situasi tadi sempat membuaiku.  "Sorry
deh  .. kita ke kamar saja yuk" kata Joko. Kemudian  kami
bertiga masuk ke salah satu kamar. Perkiraanku, kamar ini
bukanlah kamar mereka, karena terlihat agak kosong. Boleh
jadi kamar ini adalah kamar untuk tamu.

Di  kamar  Joko langsung duduk di kursi meja rias  dan
berkata, "Terusin deh yang tadi ... kaya'nya kalian sudah
mulai hot". Namun kecanggungan kembali merajai situasi di
ruangan.  Boleh  jadi, keberadaan Joko  menyebabkan  kami
menjadi  canggung. Nina hanya duduk diam  di  salah  satu
sisi  tempat  tidur.  Di  sisi  lainnya  aku  juga  duduk
terdiam. Namun kemudian aku berkata "Rasanya canggung Jok
ada   kamu  disini".  Menyadari  situasi,  kemudian  Joko
mengatakan  bahwa  ia akan keluar dulu  dari  kamar  itu,
sementara  kami  mencoba untuk memadu kemesraan.

Setelah
Joko  keluar  kamar,  baru terasa bahwa  situasi  menjadi
lebih  rileks  dan menyenangkan. Aku kemudian  tersenyum,
sambil  berjalan  ke arah Nina.

Nina membalas  senyumanku
itu  sambil  merentangkan tangannya dan memelukku  ketika
aku   sampai  di  hadapannya.  Sambil  duduk  kami  terus
berpelukan  dan berciuman, sambil meraba-raba  satu  sama
lainnya.  Secara tidak sadar posisi kami  sudah  setengah
berbaring.  Kakiku  dan  kaki  Nina  masih  terjuntai  ke
lantai,  tapi  aku  sudah  dalam  posisi  menindih  Nina.
Kuciumi  payudara  Nina,  ia mulai  menggeliat-menggeliat
sambil  terkadang  menarik nafas  panjang.  Nafasnya  pun
terdengar  semakin  berat.  Kubuka  kancing-kancing  baju
Nina,  dan terlihatlah BH nya yang berwarna coklat  muda.
Kusingkapkan   BH  sebelah  kanan  agak   ke   atas   dan
tersembullah  buah  dada  Nina  yang  cukup  besar   itu.

Putingnya   tidak  terlalu  besar  tetapi   sudah   cukup
menonjol.  Tampaknya  ia sudah mulai  terangsang.  Segera
kuciumi payudaranya dan kumainkan putingnya dengan  bibir
dan  lidahku,  kadang-kadang kusedot putting payudaranya.
"Oooohhhhh .... " lenguh Nina, satu saat ketika putingnya
kusedot.

Setelah  cukup  lama bermain-main dengan  payudaranya,
kemudian  ciumanku  mulai turun ke  arah  perutnya.  Nina
menggeliat  kegelian.  "Geli  Mas"  katanya.  Seakan-akan
sudah janjian, kami kemudian merenggangkan tubuh kami dan
sama-sama  bangkit duduk, sambil melepas pakaian  masing-
masing,  sehingga tinggal celana dalam kami masing-masing
saja   yang   masih  melekat  di  tubuh  kami.  Kemudian,
kubaringkan  Nina,  dan  kuciumi  bagian  dalam  pahanya,
sambil  menarik  celana dalamnya ke bawah,  sampai  akhir
terlepas.  Bulu-bulu di kemaluan Nina cukup  lebat,  tapi
garis  kemaluannya masih cukup jelas terlihat.  Kemudian,
kubuka  celana  dalamku sendiri, sehingga  akhirnya  kami
sama-sama  telanjang bulat.

Kulihat  Nina  agak  tertegun
melihat kemaluanku. "Kenapa Nin?" tanyaku "Tidak apa-apa"
jawabnya.  Kemudian  kutindih kembali  Nina  dan  kuciumi
leher  dan kupingnya. Kembali terdengar lenguhan-lenguhan
Nina.  Agak  berbeda dengan isteriku  yang  tidak  banyak
mengeluarkan  bunyi  kalau kami sedang  bermesraan,  Nina
cukup  banyak  mengeluarkan  bunyi,  entah  itu  lenguhan
"Oooohhhhh"  atau "eeggghhh" atau "heegg",  dan  beberapa
bunyi  lain  yang tidak dapat aku ingat.

Kemaluanku  yang
mulai  membesar dan mengeras menempel di pahanya. Mungkin
tanpa disadari, tangan Nina bergerak-gerak seakan mencari
kemaluanku.  Kuangkat sedikit pinggulku  sehingga  tangan
Nina  dapat  menyelinap  ke  sela-sela  badan  kami   dan
akhirnya  menyentuh kemaluanku. Dengan lembut  kemaluanku
digenggamnya  dan  digeser-geserkan  ke  selangkangannya.

Nikmat  rasanya, walaupun hanya bergesekan saja.  Setelah
cukup   tegang,   Nina   melepaskan   genggamannya   pada
kemaluanku   dan   kedua  tanganya  mulai   mengusap-usap
punggungku sambil terkadang memeluk erat tubuhku yang ada
di atas tubuhnya.
Tiba-tiba ada seberkas cahaya tambahan terlihat.  Kami
sama-sama menoleh ke arah pintu dan melihat Joko  berdiri
di  ambang pintu sedang memandang kami. Joko tertegun dan
kemudian  menganggukkan kepalanya.  Aku  tidak  tahu  apa
maksud  dari  anggukan kepalanya. Hanya aku sempat  kesal
dan  berpikir "waduh ini orang, selalu tidak sabaran  dan
menggangu  saja".

Berusaha mengabaikan  keberadan  Joko,
kugesekkan  terus kemaluanku di selangkangan  Nina,  yang
rasanya  mulai  membasah. Khawatir "turun"  lagi  situasi
yang  sudah  panas ini, kupegang kemaluanku  dan  mencoba
mengarahkannya  ke lubang kemaluan Nina.  Dengan  sedikit
dorongan  ekstra,  akhirnya kemaluanku berhasil  menembus
lubang   kemaluan  Nina.  Pada  dorongan  pertama   hanya
kepalanya  saja  yang  masuk.  Terasa  hangat  dan  empuk
kemaluan  Nina. Ketika kumasukkan, Nina mengeluh  "aduuhh
...".  Kutarik  dan kemudian kumasukkan lagi  kemaluanku,
hasilnya  lebih  dalam  dari yang pertama.

Pada  enjotan
kelima,   bersamaan   dengan  masuknya   seluruh   batang
kemaluanku ke lubang kemaluan Nina, Nina kembali mengeluh
"aduuhh  sakit  mas  ...  " katanya.  Kudiamkan  sebentar
kemaluanku di dalam kemaluan Nina. Kemudian kadang-kadang
kutegangkan  kemaluanku yang masih didalam kemaluan  Nina
dengan  sedikit  mengencangkan otot-otot  selangkanganku.
Secara   halus  kurasakan  kadang-kadang  kemaluan   Nina
berespons,  dengan gerakan menyempit kemudian normal  dan
menyempit lagi. Tatkala kutatap wajah Nina yang tersenyum
kecil,  aku  baru sadar bahwa ia memang sengaja  membalas
gerakanku menegangkan kemaluanku tersebut dengan  gerakan
vaginanya.

Beberapa  lama  kami  berkomunikasi   dengan
kemaluanku, tanpa Joko dapat melihatnya.

Tetapi  kemudian
aku tidak tahan lagi. Segera kuenjot lagi pinggulku, kira-
kira  pada enjotan yang ke sepuluh, aku tidak tahan  lagi
dan  akhirnya  memuncratkan air maniku di dalam  kemaluan
Nina.  Entah karena sensasi pengalaman baru, entah karena
muculnya  Joko, entah karena sudah cukup lama  aku  tidak
bersetubuh,  yang menyebabkan aku eyakulasi  lebih  cepat
dari  biasanya. Yang jelas aku terbaring  di  atas  tubuh
Nina  dan  mebisikkan ke telinga Nina "Terima kasih  Nin.
Punyamu  sempit dan enak sekali". Nina diam saja. Setelah
beberapa  lama  dalam posisi itu, kemudian  Nina  berkata
"Sesak  nafasku mas, badanmu berat".

Aku  tahu  diri  dan
kemudian  menggeser  badanku  ke  samping  dan  berbaring
tertelentang menikmati pengalaman yang baru kurasakan.
Nina  bangkit  berdiri  dan menutupi  tubuhnya  dengan
bajunya sambil berjalan ke luar. "Mau ke mana Nin"  tanya
Joko  ketika  Nina lewat di hadapannya. "Ke kamar  mandi"
jawab  Nina singkat sambil terus keluar kamar.  Menyadari
Joko  masih berada di pintu kamar itu, aku segera bangkit
dan mengenakan pakaianku.

"Koq sebentar?" tanya Joko "Aku
sudah  lama  tidak begituan Jok" jawabku  sambil  memakai
celana  panjangku. "Aku belum sempat melihat banyak  lho"
kata Joko. "Mau nggak main sekali lagi?" tanya Joko.  Aku
terdiam  sesaat  dan kemudian menjawab  "Untuk  kali  ini
kayaknya  cukup Jok" kataku. "Kalau pulangnya  kemalaman,
nanti isteriku bisa curiga" lanjutku lagi. Kemudian  kami
keluar   kamar  meuju  ruang  keluarga  lagi.  Di   ruang
keluarga, aku dan Joko mendiskusikan pengalaman yang baru
terjadi.  Joko  mengatakan bahwa  pengalaman  itu  sangat
merangsang  dirinya.

Aku  mengungkapkan  secara  terbuka
bahwa  keberadaan Joko sedikit-banyak menghambat  situasi
panas  yang sedang meningkat. Akhirnya, aku mengungkapkan
bahwa aku mau pulang. Joko kemudian memanggil Nina,  yang
ternyata  masih berada di kamar mandi yang ada  di  dalam
kamar  mereka.  "Lama amat sih ... " kata Joko  menyambut
Nina  yang keluar dari kamar. "Maaf " kata Nina  singkat.
"Aku  pulang  ya  Nin" kataku. "Iya Mas  ..."  kata  Nina
tersipu  malu. Sambil pulang, terbayang kembali kejadian-
kejadian  yang baru aku alami. Dan sesampainya di  rumah,
aku sempat bermasturbasi di kamar mandi, sebelum akhirnya
berbaring di samping isteriku yang telah tertidur lelap.

Pada  hari Seninnya, Nina meneleponku di kantor.  Nina
menceritakan  bahwa Joko agak marah pada dirinya,  karena
persetubuhan  antara  Nina dengan aku  hanya  berlangsung
sebentar  saja. Menurut Joko, Nina kurang  melayani  akau
dengan  baik.  Pendek  kata, Joko tidak  puas  dan  ingin
mengulangi lagi. Aku bilang pada Nina bahwa aku  bersedia
lagi,  jika  Joko  meminta lagi padaku.  Kemudian  secara
bergurau Nina berkata "Kalau aku yang minta bagaimana Mas
Bambang....?".

"Maksudmu?" tanyaku. "Iya.... tadi kan Mas
Bambang   bilang   bahwa  kalau  Mas   Bambang   bersedia
bermesraan lagi denganku kalau Mas Joko meminta lagi pada
Mas  Bambang. Nah ..., maksudku kalau aku yang  minta  ke
Mas  Bambang  bagaimana?". "Siapa  yang  takut"  jawabku.
Sudah hilang  rupanya  kecanggungan Nina kepadaku.  Boleh
jadi hal tersebut disebabkan karena kami sudah pernah me-
lakukan hubungan intim  sebagaimana layaknya suami-istri.
"Emangnya  kamu  serius  Nin, ingin  lagi   bermesraan
denganku"  kataku  lirih takut ada yang  dengar.  "Serius
mas,  aku  ingin  mencoba tanpa ada  mas  Joko.

Rasanya,
keberadaan   dia  mengganggu  moodku.  Waktu   itu,   kan
sebenarnya  aku sudah pengin banget, tapi  pas  Mas  Joko
maksud,   aku  jadi  agak  terhambat  deh.  Mas   Bambang
merasakan tidak sih waktu si 'adek' aku pijit-pijit pakai
kemaluanku?". "Terasa koq Nin, aku baru sadar  waktu  aku
menatapmu"  jawabku.  "Waktu itu,  sebenarnya  aku  sudah
ingin  banget  dipuaskan. Tapi sengaja, aku bilang  bahwa
aku  merasa  akit.  Soalnya, aku takut Mas  Joko  cemburu
karena  aku jadinya juga menginginkan persetubuhan dengan
Mas. Padahal kan Mas Bambang bisa merasakan sendiri bahwa
saat  itu kan aku sudah basah banget di bawah sana"  kata
Nina.  "Iya  Nin, waktu itu aku agak bingung. Kamu  sudah
basah, tapi koq masih bilang sakit" kataku.

"Pada awalnya
memang  agak sakit sih Mas.. soalnya punyamu lebih  besar
daripada punyanya Mas Joko.

Tapi, habis itu rasanya  enak
sekali.   Padat   rasanya  punyaku  dan  terasa   punyamu
menggesek seluruh dinding kemaluanku" sambung Nina. "Nah,
pas  mas  sudah keluar, aku kan buru-buru pergi ke  kamar
mandi  dan  agak lama di sana. Waktu itu, di kamar  mandi
aku  menuntaskan apa yang belum mas tuntaskan." kata Nina
lagi.  "Sorry deh Nin, abis waktu itu rasanya enak banget
dan  aku sudah lama tidak melakukan hubungan intim dengan
isteriku" kataku.
"Mengenai  permintaanku  tadi  bagaimana  Mas?"  tanya
Nina.  "Bagaimana  caranya dong,  kita  bisa  berhubungan
tanpa   sepengetahuan   Joko?"  tanyaku.

"Begini   Mas,
kebetulan   aku  minggu  depan  ditugaskan   ke   Bandung
sendirian.  Mas bisa menemui aku di Bandung  kalau  mau."
kata  Nina. Akhirnya kami membuat janji untuk bertemu  di
Bandung.

Setibanya   di  Bandung,   nanti   Nina   akan
menghubungiku  via  handphone  untuk  memberitahukan   ia
menginap di mana dan di kamar berapa.
Minggu  depannya, setelah menerima telepon dari  Nina,
jam  9  malam kutekan bel pintu kamarnya di hotel. Dengan
hanya  mengenakan daster dan rambut terikat ke atas  Nina
membuka  pintu kamarnya. Bagaikan sepasang  kekasih  yang
sudah  lama  tidak bertemu, kami langsung berpelukan  dan
berciuman  segera  setelah pintu kamar  ditutup.  Kutekan
tubuh  Nina  ke dinding, dan kugerayangi tubuhnya  dengan
tetap  tidak melepaskan ciuman kami. Karena tidak  tahan,
segera   kubopong  Nina  ke  tempat  tidur  dan  kemudian
kutindih  dia dan terus kumesrai. "Mas ... mas  ...  stop
dulu dong ... " pinta Nina tersengal-sengal. "Kenapa  Nin
?"  tanyaku.  "Mas ini ahh... baru datang langsung  ganas
saja.  Minum  dulu kek atau lepas sepatu dulu  kek"  kata
Nina sambil bangkit lalu bersimpuh dihadapanku yang duduk
di  tempat  tidur.  Nina kemudian dengan  lembut  membuka
sepatu  dan kaus kakiku. Kemudian ia mengambilkan  sandal
kamar  yang  disediakan oleh hotel dan memasangkannya  ke
kakiku. Aku tersentuh dengan perlakuan Nina tersebut. Aku
belum  pernah  diperlakukan demikian oleh isteriku.  "Aku
ambilkan minum dulu ya" kata Nina seraya berjalan ke arah
kulkas.  Kemudian aku pindah duduk di kursi yang  ada  di
kamar  itu.  Nina  meletakkan jus jeruk  di  meja  sambil
mencubit  tanganku  dengan genit. Kurengkuh  tubuh  Nina,
tapi  dia mengelak dan duduk di depan meja rias.  Kuteguk
minuman yang disediakan Nina, sambil memandangi Nina yang
sedang   menyisir   rambutnya  yang   berantakan   karena
serbuanku tadi.
Setelah  membuka keran bathtub, kemudian Nina mengikat
kembali  rambutnya di depan kaca di kamar mandi tersebut.
Kupeluk   tubuhnya   dari  belakang.  Kuraba-raba   kedua
payudaranya  dari  belakang,  terkadang  kuremas  lembut.
Sementara tangan kiriku tetap di dadanya,  tangan kananku
turun  merambat  hingga  di selangkangannya,  kuusap-usap
daerah   kemaluannya,  diselingi  dengan  tekanan-tekanan
lembut  berputar.  Nina  mulai  mendesah-desah,  tubuhnya
mulai  menggeliat-geliat. Mendapat respons demikian,  aku
menjadi  semakin semangat. Kemudian dengan  ganas  kucium
tengkuknya,   kadang-kadang   menggesesr    ke    sekitar
kupingnya.  Desahan  dan geliatan Nina  semakin  menjadi-
jadi.  Aku  makin  bertambah  semangat  lagi,  dan  tanpa
kusadari  remasan  tanganku baik pada payudaranya  maupun
selangkangannya  semakin menggebu-gebu. Aku  tidak  tahan
lagi  dan  kukatakan pada Nina "Nin ...  aku  masukin  ya
sebelum kita mandi". Nina mengangguk perlahan.

Dengan  cepat  kulepaskan  baju  dan  celanaku   serta
celana dalamku. Habis itu, kusingkap daster Nina ke atas,
dan  kutarik  celana dalamnya ke bawah. Lalu  kutempelkan
kemaluanku  yang dari tempat tidur tadi sudah  tegang  ku
belahan  pantatnya, sehingga menyentuh bbir  kemaluannya.
Dengan    gerakan   pelan   kugesekkan   kemaluanku    ke
selangkangan Nina. Terasa hangat dan lembut. Pada  posisi
ini,   walaupun  belum  masuk  ke  vaginanya,  aku  sudah
merasakan  jepitan pada kemaluanku. Mungkin  itu  jepitan
pahanya,   tetapi   mungkin  juga  jepitan   dari   bibir
kemaluannya.

Sementara itu, kedua  payudara  Nina  terus
kuremas-remas. Kulirik ke kaca di depan kami, kepala Nina
hanya  tertunduk saja, aku tidak dapat melihat  wajahnya.
Sesekali  kulihat kepalanya menggeleng  ke  kiri  dan  ke
kanan.  Sesekali  terdengar  rintihannya  "Masssssssssss,
shhhhhhhhh, shhhhhhh aduhhhhhh, ahhhhhhhhh ...".  Setelah
kurasakan kemaluan Nina sudah mulai cukup basah, kupegang
kemaluanku dan kuarahkan ke vagina Nina. Secara  perlahan
aku  dorong kemaluan  aku  memasuki kemaluan Nina. "Aaawww
.asshhh" jerit Nina perlahan ketika kepala kemaluan   aku
mulai  masuk.  Kutarik sedikit dan kemudian kutekan  lagi
sehingga  hampir  seluruh kemaluanku  masuk  ke  kemaluan
Nina.  Setelah  kudiamkan sebentar,  kemudian  aku  mulai
menggerakkan  kemaluanku maju mundur  ke  kemaluan  Nina.

Desahan dan erangan Nina semakin sering terdengar. Ketika
kepala Nina mendongak ke belakang ke arahku, kulirik kaca
di  depan  kami, terlihat wajah Nina memerah dengan  mata
terpejam.   Suatu  pemandangan  yang  sangat  merangsang.
Kuteruskan  gerakan-gerakanku dan karena  nikmatnya,  aku
tidak  tahan  lagi  dan akhirnya dengan jeritan  tertahan
kumuntahkan  air  maniku  di dalam  kemaluan  Nina.  Nina
menggeliat-geliat   resah   karena   setelah   eyakulasi,
gerakanku menjadi terhenti. "Mass .. aku belum  nih  ....
rasanya menggantung ..... " kata Nina seakan-akan  protes
dengan apa yang baru saja terjadi.

"Maaf deh Nin .... enak banget sih" kataku. "Sini  aku
bantuin supaya kamu tuntas" sambungku lagi sambil menarik
tubuh Nina ke arah bathtub. Kemudian kami berdua masuk ke
dalam  bathtub  dalam posisi aku duduk di belakang  Nina.
Tangan  kiriku  mulai kembali meraba-raba payudara  Nina,
sedangkan  tangan  kananku  berputar-putar  menggerayangi
kemaluannya di dalam air. "Shhh oohhhh ..ahhh !!" kembali
terdengar bunyi-bunyian dari mulut Nina. Secara perlahan,
tubuh   kami  mulai  setengah  terbaring,  dengan  posisi
tubuhku  bersandar  pada ujung bathtub,  sedangkan  tubuh
Nina  bersandar  di tubuhku. Mulutku juga aktif  menciumi
leher  dan  telinga Nina. Setelah beberapa lama  kemudian
kurasakan  tubuh Nina mulai menegang dan  tanganku  mulai
terjepit   agak   keras  oleh  kedua   pangkal   pahanya.
Kuteruskan  gerakan-gerakanku, sampai  akhirnya  kudengar
jeritan  tertahan "massss, acccchhhhhhh ...... " disertai
dengan jepitan yang sangat keras pada tangan kananku. Aku

menduga  bahwa Nina sedang mencapai orgasme, dan ternyata
memang  benar.  Secara  perlahan-lahan  tubuh  Nina  yang
tadinya  sangat  tegang  mulai mengendur  dan  rileks  di
pelukanku. "Ma kasih ya mas " kata Nina singkat.  Sejenak
kami  terdiam,  dan setelah beberapa lama  kemudian  kami
mulai mandi, dengan saling menggosok tubuh kami satu sama
lainnya.

Setelah mandi,  sambil berbaring berpelukan di  tempat
tidur,   kami  membicarakan  beberapa  hal.  Nina  banyak
bercerita   tentang  hubungannya  dengan  Joko.   Setelah
beberapa lama kemudian kembali kami memadu nafsu kami  di
ranjang  hotel  yang  sempit itu,  sampai  akhirnya  kami
tertidur dalam keadaan telanjang bulat. Keesokan paginya,
sebelum  aku  kembali ke Jakarta, kami sempat berhubungan
sekali  lagi. Nina mengemukakan bahwa ada satu pengalaman
baru  yang  ia  alami selama dua hari  kami  berhubungan,
yakni   untuk  pertama  kalinya  ia  merasakan  nikmatnya
kemaluannya diciumi. Menurut Nina, Joko tidak pernah  mau

menciumi  kemaluannya,  tapi sering  meminta  Nina  untuk
menciumi kemaluan Joko.

Seminggu  setelah kejadian di Bandung  tersebut,  Joko
menelepon  dan  meminta kesediaanku  untuk  mencoba  lagi
berhubungan  dengan Nina. Seakan belum  terjadi  apa-apa,
aku  mensyaratkan  kepada  Joko  agar  aku  mencoba  dulu
berhubungan dengan Nina tanpa dia di sekitar kami. Dengan
agak berat hati, Joko menyetujui syaratku itu. Belum tahu
saja  dia  ...  bahwa aku dengan Nina sudah cukup  akrab,
bahkan  sejak pulang dari Bandung, hampir tiap hari  kami
berhubungan melalui telepon.

Pada  hari yang telah kami sepakati, Joko pamit  ingin
jalan-jalan  setelah kami selesai makan  malam  di  rumah
Joko.  Sepeninggal  Joko,  Nina menghambur  ke  pelukanku
seraya  mengungkapkan  bahwa ia  kangen  sekali,  sampai-
sampai hampir tiap hari ia bermasturbasi sambil mengingat-
ingat  kejadian di Bandung. Kugendong tubuh Nina ke kamar
dimana kami untuk pertama kalinya bersetubuh. Sesampainya
di  kamar  itu,  kubaringkan tubuh Nina di  tempat  tidur
dengan   langsung  menindih,  menciumi  dan   meraba-raba
tubuhnya.

Setelah beberapa saat, tiba-tiba meronta-ronta
dan  kemudian  bangkit duduk. Belum hilang rasa  terkejut
dan  bingungku,  tiba-tiba lagi kemudian  Nina  mendorong
tubuhku   hingga  terbaring  dan  dengan  cepat  membukai
kancing bajuku dan kemudian melepaskan celana panjang dan
celana  dalamku.  Setelah  itu ia  dengan  agresif  mulai
menciumiku.  Mulai bibir, kuping, merembet ke  leher  dan
dada.  Bahkan  Nina  cukup  lama  menciumi  dan  mengulum
putingku. Geli-geli enak rasanya.
Dari  dada, ciuman Nina merambat ke perut dan kemudian
ke  pangkal  paha. Berbeda dari perkiraan dan  harapanku,
dari   pangkal   paha,   ciuman  Nina   tidak   menyentuh
kemaluanku.  Padahal  aku ingin  sekali  agar  kemaluanku
dicium  atau  setidak-tidaknya diraba oleh  Nina.

Ketika
ciuman  Nina  mulai  turun, aku sebenarnya  secara  tidak
sadar  sudah  menarik kepala Nina agar  berada  tepat  di
tengah  selangkanganku.  Tetapi,  tampaknya  Nina   tidak
memenuhi  keinginanku  itu.

Bibir dan  lidah  Nina  terus
merembet  ke  bawah, ke bagian dalam  dari  paha  kananku
sampai  ke  dengkul,  termasuk ke  bagian  belakang  dari
dengkul. Di bagian belakang dengkul ini, kurasakan  lidah
Nina  menyapu-nyapu. Nikmat dan menggoda rasanya,  karena
sebelumnya   aku   belum pernah merasakan  hal  itu.   aku
hanya dapat mendesah dan menahan napas saja. Dari dengkul
kanan, Nina pindah ke dengkul kiri, dengan melakukan  hal
yang sama. Secara perlahan kemudian merambat ke atas,  ke
bagian dalam paha kiriku, kemudian ke pangkal paha.  "Nin
.... Ayo dong" pintaku. Nina rupanya memang sengaja ingin
menggodaku. Agak berlama-lama ia menciumi pangkal pahaku,
dan bahkan kemudian turun lagi ke bawah. "Nin .... Please
...."  pintaku  lagi.  Nina tidak  juga  segera  memenuhi

permintaanku,  tetapi ia kemudian mulai  menciumi  bagian
bawah  kantung kemaluanku. Lumayanlah .... Batinku  dalam
hati.  Dan akhirnya, Nina mulai menciumi kemaluanku  dari
samping, baik kiri maupun kanan, tetapi kepala kemaluanku
belum  dijamahnya. Akhirnya, dengan sentakan  yang  cukup
keras,  kutarik  kepala  Nina hingga  mulutnya  menyentuh
kepala  kemaluanku.  Mulailah ia mencium,  menghisap  dan
menyedot kemaluanku ..... hingga pada akhirnya kemaluanku
memuncratkan isinya. Aku agak terkejut sekaligus  terharu
ketika  Nina,  menampun  air  maniku  dimulutnya,  bahkan
menelannya.  Jangankan  menelan, untuk  sekedar  menciumi

kemaluanku  saja,  isteriku  sangat  jarang.  Hitungannya
masih bisa dihitung dengan jumlah jari dalam satu tangan.
Jijik  dan tidak pantas kata isteriku. Terus terang,  aku
merasa  tersanjung waktu Nina menelan  air  maniku.  Nina
..... Nina .....
"Tadi  kamu ngeledek aku ya Nin .... " kataku.  "Orang
sudah  pengen banget .. eh malah turun ke dengkul lagi  "
lanjutku  lagi.  Nina tertawa kecil dan kemudian  berkata
"Tapi enak kan ..."  dengan yakin. "Uueenakk buaanget ...
"   jawabku.  "Kamu  tidak  jijik  Nin  menelan  maniku?"
lanjutku  bertanya. "Biasanya sih iya" kata  Nina,  "tapi
tadi  aku  tidak sadar dan tidak merasa jijik, malah  aku
juga  ikut  menikmatinya sepenuh hati" kata  Nina.  Dalam
hati aku membenarkan perkataan Nina. Ketika dimesrai Nina
tadi,  aku merasakan pelayanan dan penyerahan yang  total
dari  Nina, bahkan tidak memperdulikan badanku yang belum
mandi,  karena  tadi aku langsung dari kantor  ke  tempat
ini. Suatu ketotalan yang bahkan rasanya belum pernah aku
dapatkan dalam berhubungan dengan isteriku. "Biasanya aku
menolak  jika  Mas  Joko  mau  mengeluarkan  maninya   di
mulutku,  apalagi  menelannya"  sambung  Nina  di  tengah
lamunanku.  "Ma kasih ya Nin" kataku sambil mengelus-elus
tubuhnya.  "Aku  juga mas" kata Nina.  "Anggap  saja  itu
sebagai imbalan dari pengalaman baru yang Mas berikan  di
Bandung  waktu  itu"  kata Nina.

"Ya mana  Nin?"  tanyaku
sambil sekali-kali memberikan kecupan ringan di pipi  dan
kupingnya.  "Itu  lho, yang punyaku Mas ciumin.  Itu  kan
juga sebelumnya aku tidak pernah mengalaminya" jawab Nina
sambil membalas elusanku, dengan mengelus-elus dadaku.

Kecupan-kecupan ringan terus kulakukan  di  wajah  dan
kuping  Nina. Bahkan aku mulai merembet turun  ke  leher,
dada,  perut  ...  dan  akhirnya kubalas  apa  yang  Nina
lakukan  padaku.  Ketika aku menciumi kemaluannya,   Nina
membalikkan  arah  tubuhnya, sehingga  kami  bisa  saling
meciumi  kemaluan  satu sama lainnya. Kadang-kadang  Nina
berhenti mencium, ia hanya menggerak-gerakkan pinggulnya.
Aku  mengira  ia  sedang  menikmati rangsangan-rangsangan
yang  kuberikan. Pada posisi itu, entah berapa kali  Nina

mengalami  orgasme  aku tidak tahu  persis.  Tetapi,  aku
merasa   setidaknya  tubuh  Nina  sempat  meregang-regang
secara ritmis sebanyak dua kali. Karena kemaluanku  sudah
tegang,   akhirnya  kubalikkan  tubuhku  dan   kumasukkan
kemaluanku  ke kemaluan Nina. Kugerakkan pinggulku  turun
naik.  Sampai  akhirnya aku eyakulasi di  dalam  kemaluan
Nina.
Di  tengah  perbincangan kami setelah  permainan  yang
melelahkan  tersebut,  Joko  datang  dan  langsung  masuk
kamar.   Ia   menanyakan  bagaimana  keadaan  kami.   Aku
mengatakan  bahwa  kami sudah berhasil  melakukan  intim.
Kemudian  Joko  meminta kami untuk bermain lagi.  Tetapi,
entah  kenapa,  saat  itu  kemaluanku  tidak  lagi  dapat
berdiri  tegak. Setelah dicoba beberapa lam, tetap  tidak
dapat tegak walaupun terkadang dapat agak membesar. Boleh
jadi,  hal  itu  disebabkan karena  aku  sudah  dua  kali
mencapai  kepuasan  malam itu.  Boleh  jadi  juga  karena

keberadaan  Joko  mengurangi nafsu  aku   dan  Nina.  Joko
terlihat  sedikit kecewa ketika kukenakan  pakaianku  dan
pamit pulang.

Keesokan  siangnya Nina meneleponku di kantor.  Dengan
terisak  ia  bercerita  bahwa  ia  dan  Joko  baru   saja
bertengkar hebat. Tanpa kami sadari, rupanya Joko merekam
dengan kamera video apa yang kami lakukan di kamar ketika
ia  pergi.  Melalui hasil rekaman itulah Joko  mengetahui
apa  yang  kami lakukan di kamar itu. Joko sangat  marah,
karena   ketika  ia  tidak  ada  kami  dapat  berhubungan
sedemikian panas dan binal. Nina menceritakan bahwa  Joko
juga  mengungkit-ungkit beberapa hal  yang  tidak  pernah
Nina  lakukan padanya.

Khususnya karena Nina mau menerima
air  maniku  di  mulutnya bahkan menelannya,  serta  Nina
bersedia  menciumi  kemaluanku setelah kemaluan  tersebut
masuk  ke dalam kemaluan Nina. "Sialan ..." kataku  dalam
hati. "Suka ngintip dan merekam, eh koq tidak sadar kalau
direkam".
Kuberikan beberapa saran praktis untuk Nina saat  itu,
sambil  membuat  janji  untuk bertemu  pada  siang  hari.

Setelah  kejadian  itu, Joko tidak  pernah  menghubungiku
atau  meminta  tolong lagi padaku. Tetapi,  kadang-kadang
aku  masih  berhubungan intim dengan Nina. Entah  itu  di
hotel,  di  villa keluarga kami, bahkan  pernah  juga  di
rumah   Joko  ketika  ia  bertugas  ke  anjungan  minyak.
Diilhami  dengan apa yang dilakukan Joko, dalam  berbagai
kesempatan  aku  juga mencoba merekam permainanku  dengan
Nina.

Kumpulan Video Jav Terbaru | Bokep Japang Uncencored Bokep Japang Uncencored | Streaming Video Bokep Jepang Nonton Film Bokep Jepang Gratis Terbaru | Film Semi Terbaru Kumpulan Video Bokep Jepang Nonton Jav Bokep Gratis Download Bokep Jepang Gratis

» Thanks for reading Istri Muda Berhubungan Seks Dengan Orang Lain

0 Response to "Istri Muda Berhubungan Seks Dengan Orang Lain"

Posting Komentar